Tapi, ternyata penurunan itu tidak langsung membuat tarif angkot turun seperti harapan saya. Ketika harga BBM diumumkan naik tempo hari, besok paginya ketika berangkat kerja saya langsung ditodong tarif angkot yang sudah naik 500 perak dari biasanya. Kernet angkot bilang, "BBM naik, mbak." Ya sudah saya bayar saja, walaupun gaji saya belum naik (dan sampai detik ini pun belum juga naik). Nahhhhhhh ...sekarang giliran harga BBM turun, ehhhhhhh besok paginya saya tidak disambut dengan tarif angkot yang turun. Kenapa? Di televisi para pelaku bisnis tranportasi berkicau bahwa penurunan harga BBM tidak bisa membuat tarif angkutan langsung turun. Karena biaya BBM hanya mengambil porsi 25-30% dari biaya operasional keseluruhan. Dan lagi penurunan harga BBM tidak otomatis membuat harga suku cadang turun. Penurunan harga suku cadang baru terjadi jika ATPM menurunkan harga. Dan lagi penurunan tarif angkutan tidak bisa langsung terjadi karena toh Organda belum menentukan tarif baru berdasarkan harga BBM terbaru tersebut. Seorang tokoh pengusaha yang lain beralasan bahwa walau harga BBM turun tapi harga bahan pokok juga belum turun jadi tarif angkutan tidak bisa langsung turun juga. Ehmmmmmm ....... saya jadi cuma bisa menghela nafas karena semua alasan itu. Satu-satunya alasan yang paling masuk akal bagi saya adalah alasan sederhana sang sopir angkot, yaitu dia tidak bisa menurunkan tarif karena juragannya juga belum menurunkan jumlah setoran. Nah saya anggap saja ini intinya.
Jadi ketika urusan naik adalah urusan yang sederhana dan serba otomatis, maka urusan turun adalah sebaliknya. Alias susahnya minta ampun. Rasanya tidak cuma masalah turun tarif saja. Turun-turun yang lain pun sama susahnya. Mau contoh? Lihat saja bagaimana orang-orang Thailand menduduki bandaranya sendiri demi membuat Somchai Wongsawat turun dan mencegahnya berkuasa kembali. Jauh sebelum itu ada Cory Aquino dengan gerakan 'kuning'-nya demi membuat Marcos turun. Para mahasiswa Indonesia juga harus berdemo berhari-hari, bahkan akhirnya menelan banyak jiwa, demi membuat Soeharto turun. Dan juga lihat bagaimana hakim-hakim di MA membuat aturan-aturan yang konon menurut banyak pihak demi menghindari segera turun. Juga lihat tingkah para anggota DPR yang sekarang mati-matian berkampanye meraih hati konstituennya agar tidak turun.
Ahhhhh....... mungkin turun memang sesuatu yang tidak menyenangkan. Termasuk turun berok yaaaaaa.... hehehehehe..... Mungkin satu-satunya yang turun dengan sukarela adalah ......... HUJAN.