Rabu, 31 Desember 2014

Am I A Writer ?

Seorang teman lama berkirim surel dengan subyek Hello Writer beberapa tahun yang lalu. Dia melakukannya karena melihat sebuah cerpen tertulis nama saya di bawah judulnya di sebuah majalah. Seingat saya itu cerpen kedua saya yang dianggap layak oleh majalah tersebut untuk diterbitkan. Saat membaca surel itu kontan saya bertanya pada diri sendiri, am I a writer? Lalu lama setelahnya seorang temannya teman menghubungi saya. Katanya dia minta saya untuk membaca naskah novelnya, ya semacam proof read-lah ya. Saya heran karena yang saya tahu dia cukup punya pengalaman di dunia jurnalistik walau bukan penulis novel. Kok saya? Jawabnya karena dia tahu saya penulis lepas dan senang sekali baca novel. Gandrung dengan novel saya akui betul. Tapi penulis lepas, ehmmmm... am I?

Menulis untuk saya memang salah satu hobi. Dan jadi lebih hobi lagi ketika sudah merasakan honornya... hehehhee... Yes, uang memang membuat hobi jadi lebih menarik lagi untuk dikerjakan. Berbahagialah mereka yang berhasil sukses secara finansial dengan mengerjakan hobinya. Rasanya itu pekerjaan idaman semua orang. Yes, paling tidak beberopa kali saya dapat uang dari menulis. Dan selama beberapa tahun ini saya cukup konsisten menulis ini itu termasuk cerita (tidak termasuk status di media sosial ya) sebanyak kisaran 40-80 halaman. Tapi apakah itu berarti saya cukup layak menyebut diri penulis? Aihhhh mengerikan ..... hahahaha...

Pokoknya intinya adalah saya merasa belum pantas menyebut diri sebagai penulis. Sebab bagi saya penulis itu lebih dilihat dari kualitas tulisannya ketimbang berapa banyak tulisan atau buku yang berhasil dia terbitkan. Karena kenyataannya sekarang menerbitkan tulisan atau buku rasanya semakin mudah saja. Lihat saja di toko-toko buku. Begitu banyak bertebaran anek judul ini itu segala macam topik, genre, atau apapun itu. Banyak sekali. Sebagian tentu termasuk bestseller. Tapi menurut saya belum tentu yang bestseller itu berkualitas. Paling tidak menurut standar kualitas saya ada saja bestseller yang kurang berkualitas ...heheheheh... maaf yaaaa.... Ya menurut saya begitu sih kenyataannya. Sebab bagaimanapun dunia tulis menulis juga adalah industri, sama dengan musik dan bidang-bidang lainnya. Jadi tetap ada tulisan-tulisan yang dibuat untuk keperluan industri, sekedar memuaskan selera umum yang begitu-begitu saja.


Jadi masalahnya adalah kualitas. Dan saya sadar diri bahwa apa yang saya hasilkan belum cukup berkualitas untuk bisa menyebut diri saya sebagai penulis. Saya masih sering terheran-heran setelah membaca karya penulis-penulis lain. Kok bisa ya mereka membuat seperti itu? Bagaimana proses kreatifnya? Bagaimana proses mikirnya? Bagaimana proses risetnya? Bagaimana ...? Bagaimana ...? Bagaimana ....? Entah berapa banyak bagaimana lainnya. Dan ujung dari rentetan bagaimana itu selalu ke satu hal : saya kok belum sampai segitu ya? Ya, ujung dari kalimat itu adalah sebuah tanda tanya, bukan titik. Tanda tanya karena di dalamnya ada kepenasaran, juga harapan, juga upaya untuk mencapai titik tersebut. Menghasilkan karya yang bestseller tentu jadi idaman. Tapi yang saya inginkan adalah bestseller yang bersanding dengan kualitas tinggi. Ambisius? Ehmmm.... tak apalah. Toh cita-cita harus setinggi langit. Kalau hanya setinggi mata kaki ya sebut saja putus asa...  Iya kan?