Minggu, 22 Desember 2013

Betapa Egois Hidup Saya

Biasanya saya dan bapak saya punya selera yang sama soal acara televisi. Sama-sama tidak tahan menonton dan mengikuti sinetron dan infotainment. Tapi tahu-tahu beberapa hari yang lalu ketika saya memegang remote control Bapak minta nonton sinetron saja. Padahal jam itu adalah jamnya siaran berita. Ketika saya tanya kenapa, jawabnya “malas lihat berita, jadi merasa ga punya harapan masa depan yang baik...” Itupun diucapkan dengan nada rendah. Walau tidak setuju akhirnya saya pencet juga remote control ke stasiun TV yang memang jam segitu sudah bersinetron. Dan seperti yang saya duga, tak lama beliau bertahan. Tak lebih dari 15 menit sudah angkat bokong, ngeloyor pindah ke teras depan. Jadi saya leluasa pindah ke televisi yang memberitakan negeri ini dengan segala carut marutnya. Lalu kalimat bapak saya tadi terngiang kembali di telinga. Saya jadi bertanya pada diri sendiri, apa gunanya berita seperti itu untuk saya?

Ya, apa sebenarnya gunanya berita seperti itu? Selama ini saya menganggapnya sebagai informasi yang penting. Kenapa saya bilang penting, karena saya merasa itu adalah hal terkini yang terjadi di negeri ini. Berarti mempengaruhi kehidupan saya langsung atau tidak langsung. Saya juga merasa bodoh jika dalam satu pembicaraan dengan topik seperti itu terus ternyata saya tidak dapat mengikuti karena kurang informasi. Tapi setelah semua itu terus apa untungnya mengetahuinya? Kata teman untungnya adalah jadi bisa menentukan pilihan politik, termasuk memilih caleg, presiden, ataupun jabatan lainnya. Benarkah, tanya saya. Dia tertawa, enggak juga. Katanya yang begitu-begitu lebih banyak salah pilihnya daripada benarnya. Sebab sudah terlalu banyak yang buruk ketimbang yang berbudi. Masih katanya, coba lihat di berita-berita itu, bahkan mereka-mereka yang kita sangka orang baik dan pantas diberi kepercayaanpun pada akhirnya terbukti korupsi juga. Iya juga sih, batin saya.

So, benarkah negeri ini begitu buruk sampai bapak saya yang sudah sepuh itu merasa tak punya harapan? Jika  benar, alangkah menyedihkan tinggal di negeri ini ... hiks hiks ....  Nah pas mikir betapa sedihnya itu pas kemudian saya membuka salah satu koran nasional. Dari dulu koran tersebut selalu menyediakan satu halaman yang memuat profil-profil yang menurut bahasa sekarang menginspirasi. Yang dimuat tidak cuma orang asing. Malah sepengetahuan saya lebih banyak orang lokal. Dan membaca salah satu dari mereka hari itu membuat saya merasa memiliki harapan.

Ya, mereka orang-orang yang menurut saya memberi harapan dan membuktikan bahwa bangsa ini tak seluruhnya hitam. Mereka berbuat sesuatu untuk orang lain. Ada yang dengan bayaran minim tetap bertahan menjaga mercu suar di pulau terpencil. Ada yang dengan dana sendiri membuat sekolah untuk masyarakat sekitarnya. Ada yang dengan suka rela mereboisasi hutan demi menyelamatkan sumber mata air. Ada yang menanami daerah pantai dengan bakau demi menghindarkannya dari abrasi sekaligus memberi ruang hidup untuk kepiting. Ada yang mengabdikan dirinya menjadi bidan dan guru di daerah terpencil. Ada yang nekad membuat rumah sakit apung demi mereka yang tinggal di pulau-pulau yang minim fasilitas kesehatan. Ada yang membuat bank sampah. Ada ..... ada ..... ada ...... Banyakkkkkkk....

Ya, mereka ada. Dan ironisnya para hero itu justru rata-rata mereka yang ada di bawah, hidup tak berlebihan. Justru dalam kondisi seperti itu mereka bisa berbuat sesuatu yang hebat. Bandingkan dengan para petinggi yang duduk di kursi di awang-awang sana, yang ketika berkampanye bermanis mulut tapi seringkali kemudian berakhir di gelandangan KPK.
                                                                                                                                       

Ya, saya yakin bangsa ini masih mempunyai harapan. Tak peduli betapa terkenalnya kita sebagai negara korup, tetap saja ada orang-orang baik disini. Ini menentramkan saya tentu saja, karena bagaimanapun buruknya sekarang, tapi tetap ada harapan. Bagaimanapun hitam sekarang, tetap masih ada titik putih. Orang-orang baik belum sirna. Yang penting adalah bagaimana menambah jumlahnya menjadi lebih banyak. Ya, menambah jumlahnya menjadi lebih banyak, itu kata kuncinya. Dan seketika itu saya begitu sadar, BETAPA EGOIS HIDUP SAYA.........