Tempo hari ada satu berita yang mengejutkan sekali. Seorang pucuk pimpinan
partai ditangkap KPK karena kasus suap terkait import salah satu komoditas
pangan. Ini mengejutkan sekali sebab bagi saya partai tersebut biasanya
mengkaitkan dirinya dengan agama yang juga saya anut dan selama ini saya
cenderung menilai kredibilitasnya masih mendingan (walau akhir-akhir ini
menurun terus). Jargonnya selama ini juga tidak jauh-jauh dari masalah
‘kebersihan’. Makanya sangat mengejutkan ketika pucuk pimpinannya tahu-tahu
tersandung masalah ‘kebersihan’ juga.
Saya sempat simpati dengan partai tersebut pada awal-awal berdirinya dulu.
Walau tidak tercatat sebagai anggota, saya juga sempat ikut pengajian kelompok
mereka. Beberapa sahabat saya juga termasuk kadernya. Pada pemilu bertahun yang
lalu saya juga sempat mencoblosnya. Nah, logis kan kalau saya ikut kecewa
ketika melihat performanya menurun? Terdorong hal itu saya menulis satu status
di akun jejaring sosial : ‘partai memang kumpulan manusia.... bukan kumpulan
malaikat ... terbukti sudah’. Sebenarnya kalimat ini saya dapatkan dari seorang
teman yang sempat berbincang dengan kader partai tersebut terkait masalah
performa yang menurun. Dan kalimat ‘memang kami ini kumpulan manusia,bukan
kumpulan malaikat ..’ yang dipakai oleh si kader untuk menanggapi protes teman
saya. Dengan ini menurut saya, si kader berusaha menerangkan bahwa ada
macam-macam manusia di dalam partai dan mereka bisa menjadi oknum. Entah
mengapa saya jadi merasa ucapan itu seperti semacam excuse untuk ketidakbersihan beberapa oknum dan orang-orang seperti
saya diminta untuk mengerti dan tidak terpengaruh...... ehmmmmm ......
Lalu seorang yang tidak saya kenal secara pribadi memberikan komen atas
status tersebut. Intinya dia bilang kok saya telat menyadari itu. Dan di
belakangnya dia bilang kurang lebih ‘...makanya kamu saja yang mimpin.... biar
lebih baik, atau malah sebaliknya ya...? peace
....’. Saya bukan politisi, jelas. Saya cuma rakyat biasa yang agak tertarik
dengan politik. Salah kalau dibilang saya telat menyadari bahwa partai adalah
kumpulan manusia biasa, bukan malaikat. Cuma sebagai rakyat ya wajar dong kalau
saya masih terus berharap mereka yang ada di posisi cukup menentukan bagi masa
depan bangsa itu berusaha berlaku ala malaikat, sedekat yang mereka bisa.
Apalagi jargon yang diusung para politisi semua level adalah kalimat para
malaikat. Kalau yakin tidak bisa bertindak sebagaimana ucapannya ya jangan
ngomonglah .... Ngomong saja sesuai kapasitas sebagai manusia biasa. Beres kan?
Kalimat terakhir dari komen itu juga cukup mengganggu saya. Sekaligus
membuat saya agak curiga si komentator ini berasal dari partai tersebut dan
tersinggung dengan status saya .... hehehehehe... Menurut saya ini cukup tidak fair kalau setiap ada kritik terus jawabannya
‘ya kamu saja yang mimpin kalau begitu ...’. Halooooooo .... kalian semua pada
saat duduk di ‘kursi’ itu dalam kondisi sadar lhoooo .... So, harusnya sadar
dengan masalah tanggung jawab dan konsekuensinya juga tho? Harusnya sudah
mengukur diri juga tho..? Saya yang karyawan biasa saja juga dituntut
‘sempurna’ lho sama bos saya. Jadi kalian di profesi itu juga wajar dong
dituntut ‘sempurna’. Ya memang benar kalau saya yang mimpin itu partai belum
tentu bisa dan jadi lebih baik. Sama halnya mereka kalau mengerjakan tugas saya
di kantor juga belum tentu bisa kok. Kondisinya sekarang adalah setiap dari
kita harus berlaku benar di posisinya masing-masing. Ya sudah, hadapilah itu. Fair kan? Toh menjadi politisi itu bukan
kodrat yang tidak dapat ditolak. Menjadi politisi itu murni pilihan, sama
seperti saya memilih menjadi karyawan biasa. Kekanak-kanakan sekali kalau
setiap kritik ditanggapi dengan rajukan manja semacam ‘ya kamu saja yang mimpin
kalau gitu...’.
Seorang teman yang lain memberi komen yang lebih negatif. Menurutnya,
partai adalah kumpulan orang serakah...... hehehheeheheh .... Komen ini tidak
merujuk ke satu partai saja. Maksudnya semua partai rata-rata kumpulan
orang-orang serakah. Saya tidak cukup setuju dengan pendapat itu walau kondisi
sekarang memang membuat skeptis. Saya tetap yakin ada mereka-mereka yang terus
berjihad menjaga ‘kebersihan’. Apalagi saya kenal dengan banyak orang di partai
tersebut, kader di level bawahnya yang dengan sekuat tenaga berusaha memenuhi
kaul untuk jadi ‘bersih’. Satu contoh, seorang kader yang saya kenal sempat
tidak lolos uji praktek ketika mengurus SIM untuk sepeda motor. Dan hebatnya
dia benar-benar berlatih mengemudi sepeda motor demi lolos ujian kedua dan
berhasil. Ketika saya tanya kenapa tidak mencari ‘jalan’ saja untuk lulus. Toh
banyak yang melakukan itu. Jawabnya dia merasa tak sreg melakukannya, melawan
hati nurani. Nah lho, ada yang berusaha menjadi ‘malaikat’ kan? Ehmmmm .....
bisa jadi kondisi grass root yang
masih ‘suci’ ini yang membuat dagangan partai laku ya? Bisa jadi kan? Toh
jelata macam saya lebih kenal dengan para grass
root itu ketimbang para petinggi yang sudah duduk di kursi, tho?
Ya ya ya .... saya tidak tahu apakah benar malaikat itu bersayap. Yang saya
tahu, mereka yang berbicara ala malaikat ketika berkampanye seringkali bersayap
kata-katanya ...... Dan masih sering ‘merajuk’ manja .... hehehheehehheeheh
........
Tabikkkkkk .....