Senin, 04 Februari 2013

'Malaikat'



Tempo hari ada satu berita yang mengejutkan sekali. Seorang pucuk pimpinan partai ditangkap KPK karena kasus suap terkait import salah satu komoditas pangan. Ini mengejutkan sekali sebab bagi saya partai tersebut biasanya mengkaitkan dirinya dengan agama yang juga saya anut dan selama ini saya cenderung menilai kredibilitasnya masih mendingan (walau akhir-akhir ini menurun terus). Jargonnya selama ini juga tidak jauh-jauh dari masalah ‘kebersihan’. Makanya sangat mengejutkan ketika pucuk pimpinannya tahu-tahu tersandung masalah ‘kebersihan’ juga.

Saya sempat simpati dengan partai tersebut pada awal-awal berdirinya dulu. Walau tidak tercatat sebagai anggota, saya juga sempat ikut pengajian kelompok mereka. Beberapa sahabat saya juga termasuk kadernya. Pada pemilu bertahun yang lalu saya juga sempat mencoblosnya. Nah, logis kan kalau saya ikut kecewa ketika melihat performanya menurun? Terdorong hal itu saya menulis satu status di akun jejaring sosial : ‘partai memang kumpulan manusia.... bukan kumpulan malaikat ... terbukti sudah’. Sebenarnya kalimat ini saya dapatkan dari seorang teman yang sempat berbincang dengan kader partai tersebut terkait masalah performa yang menurun. Dan kalimat ‘memang kami ini kumpulan manusia,bukan kumpulan malaikat ..’ yang dipakai oleh si kader untuk menanggapi protes teman saya. Dengan ini menurut saya, si kader berusaha menerangkan bahwa ada macam-macam manusia di dalam partai dan mereka bisa menjadi oknum. Entah mengapa saya jadi merasa ucapan itu seperti semacam excuse untuk ketidakbersihan beberapa oknum dan orang-orang seperti saya diminta untuk mengerti dan tidak terpengaruh...... ehmmmmm ......

Lalu seorang yang tidak saya kenal secara pribadi memberikan komen atas status tersebut. Intinya dia bilang kok saya telat menyadari itu. Dan di belakangnya dia bilang kurang lebih ‘...makanya kamu saja yang mimpin.... biar lebih baik, atau malah sebaliknya ya...? peace ....’. Saya bukan politisi, jelas. Saya cuma rakyat biasa yang agak tertarik dengan politik. Salah kalau dibilang saya telat menyadari bahwa partai adalah kumpulan manusia biasa, bukan malaikat. Cuma sebagai rakyat ya wajar dong kalau saya masih terus berharap mereka yang ada di posisi cukup menentukan bagi masa depan bangsa itu berusaha berlaku ala malaikat, sedekat yang mereka bisa. Apalagi jargon yang diusung para politisi semua level adalah kalimat para malaikat. Kalau yakin tidak bisa bertindak sebagaimana ucapannya ya jangan ngomonglah .... Ngomong saja sesuai kapasitas sebagai manusia biasa. Beres kan?

Kalimat terakhir dari komen itu juga cukup mengganggu saya. Sekaligus membuat saya agak curiga si komentator ini berasal dari partai tersebut dan tersinggung dengan status saya .... hehehehehe... Menurut saya ini cukup tidak fair kalau setiap ada kritik terus jawabannya ‘ya kamu saja yang mimpin kalau begitu ...’. Halooooooo .... kalian semua pada saat duduk di ‘kursi’ itu dalam kondisi sadar lhoooo .... So, harusnya sadar dengan masalah tanggung jawab dan konsekuensinya juga tho? Harusnya sudah mengukur diri juga tho..? Saya yang karyawan biasa saja juga dituntut ‘sempurna’ lho sama bos saya. Jadi kalian di profesi itu juga wajar dong dituntut ‘sempurna’. Ya memang benar kalau saya yang mimpin itu partai belum tentu bisa dan jadi lebih baik. Sama halnya mereka kalau mengerjakan tugas saya di kantor juga belum tentu bisa kok. Kondisinya sekarang adalah setiap dari kita harus berlaku benar di posisinya masing-masing. Ya sudah, hadapilah itu. Fair kan? Toh menjadi politisi itu bukan kodrat yang tidak dapat ditolak. Menjadi politisi itu murni pilihan, sama seperti saya memilih menjadi karyawan biasa. Kekanak-kanakan sekali kalau setiap kritik ditanggapi dengan rajukan manja semacam ‘ya kamu saja yang mimpin kalau gitu...’.

Seorang teman yang lain memberi komen yang lebih negatif. Menurutnya, partai adalah kumpulan orang serakah...... hehehheeheheh .... Komen ini tidak merujuk ke satu partai saja. Maksudnya semua partai rata-rata kumpulan orang-orang serakah. Saya tidak cukup setuju dengan pendapat itu walau kondisi sekarang memang membuat skeptis. Saya tetap yakin ada mereka-mereka yang terus berjihad menjaga ‘kebersihan’. Apalagi saya kenal dengan banyak orang di partai tersebut, kader di level bawahnya yang dengan sekuat tenaga berusaha memenuhi kaul untuk jadi ‘bersih’. Satu contoh, seorang kader yang saya kenal sempat tidak lolos uji praktek ketika mengurus SIM untuk sepeda motor. Dan hebatnya dia benar-benar berlatih mengemudi sepeda motor demi lolos ujian kedua dan berhasil. Ketika saya tanya kenapa tidak mencari ‘jalan’ saja untuk lulus. Toh banyak yang melakukan itu. Jawabnya dia merasa tak sreg melakukannya, melawan hati nurani. Nah lho, ada yang berusaha menjadi ‘malaikat’ kan? Ehmmmm ..... bisa jadi kondisi grass root yang masih ‘suci’ ini yang membuat dagangan partai laku ya? Bisa jadi kan? Toh jelata macam saya lebih kenal dengan para grass root itu ketimbang para petinggi yang sudah duduk di kursi, tho?

Ya ya ya .... saya tidak tahu apakah benar malaikat itu bersayap. Yang saya tahu, mereka yang berbicara ala malaikat ketika berkampanye seringkali bersayap kata-katanya ...... Dan masih sering ‘merajuk’ manja .... hehehheehehheeheh ........

Tabikkkkkk .....