Senin, 06 Februari 2012

Bisa Berbahasa Inggris?

Akhir pekan kemarin, ketika iseng jalan-jalan ke mal, saya menemukan satu toko buku yang spesial menjual buku-buku impor. Toko buku itu yang selama ini direkomendasikan oleh seorang teman yang memang pecinta dan pembaca buku sejati.Menurut mas penjaganya sudah sejak September ada di situ, tapi entah bagaimana luput dari perhatian saya. Nahhhh dengan riang gembira saya melangkah masuk, apalagi di bagian depan ada tulisan diskon 50%.... hayyyahhhh semakin ringan dah kaki saya, walau dompet di tas saya cuma berisi tak lebih dari empat puluh ribu rupiah ....hehheheheeh... Inilah salah satu kebiasaan saya, menentukan target operasi dulu sebelum duitnya tersedia. Ada yang berkelakuan begitu juga?

Interior toko benar-benar diatur secara padat berisi. Setiap jengkal luasan benar-benar dimanfaatkan untuk rak, sehingga hanya menyisakan sedikit untuk sirkulasi. Nah ketika tengah berjongkok di area sirkulasi yang mepet inilah telinga saya menangkap celoteh beberapa anak kecil. Awalnya saya tidak menaruh perhatian. Saya pikir mereka adalah anak-anak yang diajak oleh orang tuanya karena memang disitu terdapat beberapa yang pantas berwajah sebagai orang tua.... hehhehehehee... termasuk saya sebenarnya. Tapi lalu kuping saya tegak juga, menyadari para bocah ini berbicara ke sesama mereka dalam bahasa Inggris. Ah, paling mereka warga negara tetangga yang tengah jalan-jalan ke negera saya, demikian pikir saya. Tapiiiii lagi-lagii kuping saya tegak gara-gara menyadari bahwa logat Inggris mereka cukup Suroboyoan. Nah lho... bisa membayangkan bahasa Inggris berlogat Suroboyo? Daannnnnn klimaksnya adalah meledaknya tawa saya ketika mereka membicarakan sebuah buku, menganggap harganya mahal, lalu keluar juga kata khas Suroboyo di belakang kalimat bernuansa bahasa Inggris yaitu 'ohhh very expensive..... Gendhengggggg !”. Nah nah nah ..... sekarang saya tak ragu lagi untuk menyimpulkan darimana mereka berasal ..... Hahahah....

Jujur bukan maksud saya mentertawakan para bocah itu. Justru sebaliknya saya salut dengan anak-anak yang paling tidak sudah terbukti bilingual ini. Mereka berbicara dengan spontan. Mengucap kata-demi kata dengan percaya diri dan suara keras, tak takut salah ataupun malu didengar orang lain.Sungguh menarik bagi saya karena sebelumnya seorang teman yang guru bahasa Inggris di Sekolah Menengah Atas mengeluh murid-muridnya cenderung tidak cukup berusaha dalam pelajaran tersebut. "Masa' sudah belajar bertahun-tahun tapi membuat sebuah kalimat sederhana saja belum juga bisa. Apa ga stress aku sebagai gurunya?!". Itu tadi omelan teman saya. Sebagai guru, dia sungguh-sungguh ingin melihat muridnya berhasil dalam mata pelajaran tersebut. Dan untuk itu dia mengaku berulangkali mengganti-ganti cara mengajarnya. Dia sudah pernah mencoba menerapkan cara mengajar ideal menurut rekaannya. Ketika terbukti tak berhasil dia berdiskusi dengan koleganya, mencoba mencari masukan untuk sebuah rumusan cara mengajar yang paten. Dan ketika hasilnya masih juga tak bagus dia mulai menoleh ke belakang. Teman saya mulai menerapkan sistem mengajar mantan guru SMP dan SMA-nya dulu. Dia mencoba mengadopsi sebisanya cara mengajar beliau-beliau yang paling tidak berhasil membuat dia bisa berbahasa Inggris. "Dan hasilnya?" tanya saya. Hati saya ikut nelangsa ketika teman saya menggeleng lemah. Kesian deh kau, Temanku ..... hehehehehe.... sumpah saya ikut nelangsa kok.

Lalu teman saya itu berkata bahwa menurutnya siswa-siswanya tidak terlalu mengerti pentingnya bahasa asing, terutama bahasa Inggris. Mereka cenderung cukup puas dengan meminta bantuan simbah Google translate. Nah nah nah, soal pentingnya menguasai bahasa asing ini saya sungguh sependapat dengan teman yang terus berusaha menjadi guru yang baik ini. Bagi saya bahasa Inggris itu wajib bisa. Kalau bisa bahasa asing lainnya ya lebih bagus lagi. Saya ingat dulu begitu ingin bisa bahasa Inggris karena merasa bosan membaca teks ketika nonton film. Juga karena jengkel tak bisa mengerti lagu-lagu Inggris itu. Waktu itu cita-cita saya adalah bisa duduk menonton film tanpa perlu repot membaca tulisan yang kadang sudah hilang sebelum saya berhasil membaca seluruhnya. Juga saya jengkel karena selalu harus berpikir keras dan menempelkan kuping tepat di sebelah radio cuma karena kepingin tahu itu penyanyi ngomong apa. Sungguh, kedua hal itu benar-benar menjengkelkan saya. Jadilah saya menyimak baik-baik, rajin mengikuti kelas tambahan, demi meraih keinginan itu. Hasilnya? Ehmmm ..heheheheh ga bagus-bagus amat sihhhh .... yaaaa mirip-miriplah dengan anak-anak yang saya temui di toko buku tadi... hehhehehe.... Yaaa saya berani-berani saja ngomong di depan buyer/supplier yang harus saya temui sehubungan dengan pekerjaan kantor. Saya juga pede-pede saja membuat email atau kadang surat bisnis semi formal untuk rekanan kantor. Saya juga tidak alergi untuk membaca literatur Inggris jaman kuliah dulu. Saya juga semangat membeli maupun membaca buku fiksi maupun non fiksi dalam bahasa itu, tak peduli perlu waktu sangat lama untuk menyelesaikannya. Saya juga membiasakan diri untuk menonton DVD dengan teks bahasa Inggris, menghindari bahasa Melayu yang justru tak seringkali tak saya mengerti. Saya juga punya teman chatting dan korespondensi dari beberapa negara. Ya ya ya .... itu yang terjadi pada saya. Sebenarnya tidak maksimal seperti yang saya inginkan, karena toh saya belum terlalu mampu menonton film dan mengerti teks lagu dengan mengandalkan pendengaran saya. Saya juga masih mati kutu ketika bertemu dengan buyer dari Australia yang logatnya sungguh tak saya mengerti. Tapiiii yaaaa mendinglahhhh ... Paling tidak saya tidak buta sama sekali. Bahkan ketika ke Singapura, ketika bertanya tentang arah, saya sempat mendapat pujian Inggris saya bagus .... hahahahahahaha .....gombaaaallllll !!!

Eh ngomong-ngomong saya jadi ingat seorang teman yang lain. Dia seorang auditor yang bekerja di perusahaan Amerika. Bahasa Inggris tentu sudah seperti bahasa Jawa untuknya. Dia sudah mengerti dan bisa berbahasa Inggris sejak SMP, walau tidak pernah tinggal di luar negeri, tidak juga bersekolah di sekolah internasional. Tapi dia bisa. Dan dasar kutu buku maka tak puaslah dia dengan buku hasil translasi. Kepada saya dia menasehatkan untuk membiasakan diri membaca buku dalam bahasa aslinya. Dan dalam hal bahasa Inggris ini dia mengajari saya untuk telaten dengan buku bacaan di tangan kanan dan kamus di tangan kiri. Itu hal yang dilakoninya dulu, hingga bisa jadi seperti ini sekarang. Katanya, seringkali penterjemah mentranslasi kalimat berdasarkan penalarannya dan itu bisa jadi tidak sama maksudnya dengan penulis. Kadang translator mengerti maksud penulis, tapi tak bisa menyusun kalimat yang baik dan mudah dimengerti dalam bahasa kita. Nah lho ..... Dan saya sepakat dengan hal ini .... ehmmm walaupun masih juga sering membeli buku terjemahan ..... ihihihihihih ......

Jadi bagaimana? Seberapa penting mengerti bahasa asing terutama bahasa Inggris? Yaaaa.... jujur saya merasa sungguh beruntung tidak sama sekali buta. Dan masih punya keinginan besar untuk meningkatkan kemampuan saya pula. Realitasnya saya terus berusaha untuk itu. Kalau orang lain, ya terserah masing-masing ya .... Tapi sungguh saya berharap keponakan dan anak-anak saya kelak, punya kemampuan yang lebih dari saya sekarang. Semoga murid-murid teman saya, juga murid-murid lainnya begitu juga.... Amin .... Oh iya, seorang buyer dari Amerika yang saya temui bilang dia banyak berkunjung ke negara-negara Asia untuk urusan bisnis. Saya tanyakan mana di antara negara-negara itu yang dia paling suka kunjungi. Jawabnya Hongkong. Bagaimana dengan Indonesia? Katanya Indonesia bagus dan secara bisnis menguntungkan. Cuma masalahnya di Indonesia susah sekali kalau tidak bisa berbahasa Indonesia, sementara di Hongkong nyaris semua orang mengerti bahasa Inggris. Ya ya ya ....saya cuma tersenyum menggaruk kepala. Okay, Sir.....