Jumat, 30 September 2011

ROK MINI

Tempo hari bang Foke didemo oleh rakyatnya gara-gara pernyataannya soal rok mini. Si abang Gubernur kurang lebihnya bilang sebaiknya perempuan juga tidak menggunakan rok terlalu pendek untuk mencegah orang berpikiran jorok yang bisa berujung pada pemerkosaan, seperti pemerkosaan di angkot yang sedang marak. Alhasil didemolah beliau oleh perempuan-perempuan yang berpendapat bahwa masalahnya bukan di rok mini dan tak elok menyalahkan perempuan yang posisinya korban atas kejahatan seksual itu. Jadi pernyataan si abang dianggap melukai perasaan perempuan. Dan di televisi ketika wartawan meminta komentar dari bang Foke, yang keluar dari mulutnya hanyalah 'tidak ada komentar'.

Seingat saya kejadian soal rok mini ini bukan pertama kalinya. Dulu, entah tahun berapa saya pernah membaca sebuah iklan, kalau tidak salah semacam iklan layanan masyarakat. Ada gambar kaki perempuan berrok mini tanpa terlihat bagian kepalanya dan ada tulisan 'bagaimana angka pemerkosaan menurun kalau rok anda semakin semakin tinggi?'. Alhasil iklan yang tayang di koran nasional itu menuai tanggapan dan protes.

Ahhh ... rok mini, salah satu produk mode yang bisa dianggap sebagai ekspresi 'kebebasan' dan modernitas perempuan. Rok mini juga bisa dikatakan sebagai simbol pemberontakan perempuan. Dan dari jaman ke jaman rasanya sebagai produk mode, rok mini ini tak pernah lekang atau kekurangan penggemar. Makanya makin lama ya makin lazim saja. So, kalau memang makin lazim bukankah seharusnya untuk mata manusia pun rok mini bukan hal baru alias 'sego jangan' kalau orang Jawa Timuran bilang. Dan karena sudah jadi sesuatu yang lazim maka seharusnya logikanya rok mini yang dipakai perempuan tidak terlalu mudah membangkitkan 'kejorokan' di pikiran yang melihat. Toh banyak banget yang mengenakannya. Dari yang muda sampai yang nenek-nenek. Dari yang pekerja kantoran hingga yang bukan apa-apa. Dari yang model sempit sampai yang model lebar. Yang pakai pun ada yang mulus beneran, ada juga yang 'belang belonteng'. So, benar-benar suatu kelaziman …. Tapiiiiii apakah jalannya logika selalu sama dengan jalannya syahwat? Saya meragukan hal itu..... Lalu yang lain bilang, ya hak pribadi dong mau pakai baju apa, kan ini badan milik pribadi. Ehmmmm.... tambah ruwet dah....

Pernah ada suatu kejadian yang saya saksikan sendiri. Seorang perempuan berbaju seksi marah ketika gerombolan anak muda yang dilewati 'memandanginya'. Teman laki-laki yang ada disebelah saya cuma nyengir sambil berkomentar, “Lha bajunya begitu ...ya gemes dong yang lihat...” Nahhhh bukankah ini bukti bahwa logika bahwa berbaju apapun itu hak perempuan tidak sejalan dengan alur syahwat pemandangnya? Saya sempat bilang ke teman saya, “hak dia dong pakai baju apapun.” Teman saya menjawab, “ya hak mereka juga dong untuk melihat. Toh mata mereka sendiri. Dan kenyataannya cuma melihat.” Nah kan …..

Jujur saja saya bukan termasuk yang punya rasa percaya diri untuk memakai rok mini. Alasannya, yaaaa salah satu dan mungkin yang terbesar adalah ngerasa tidak seksi … ahhahahahaa ….. Badan saya jauh dari montok... cenderung kurus kering …. alias cenderung 'kutilang darat'. Mungkin itu sebabnya saya merasa gampang-gampang saja menerima perkataan bang Foke juga tulisan di iklan tadi. Saya tidak tersinggung, walau tidak pula lalu beroposisi dengan yang berdemo tadi. Yaaa rasanya wajar-wajar saja dan di telinga saya itu terdengar seperti 'hai, berusahalah menjaga dirimu sendiri'. Mungkin kurang lebih sama dengan kalau ada yang bilang 'jangan pakai perhiasan berlebihan, ntar malah dirampok lhoooo'. Nah, kalau maksudnya seperti itu, apakah lalu pernyataan dan iklan itu salah? Ehmmmm mungkin perlu permikiran lebih dalam lagi yaaaaaa.....

Saya tidak menyalahkan mereka yang berdemo lhoooo ….. Sumpahhhh ! Mungkin mereka benar pernyataan seperti itu memojokkan perempuan yang sebenarnya berposisi menjadi korban. Mungkin benar pernyataan itu kurang sensitif terhadap perempuan. Mungkin redaksionalnya perlu diubah sedikit biar terdengar di telinga bak nasehat dari seorang bijak bestari.

Eh tapi jangan dikira mereka yang pakai rok mini tidak berusaha menjaga keselamatannya lhooo …. coba lihat saja mbak-mbak yang suka melilitkan kain untuk menutupi rok mininya sebelum turun ke jalan. Banyak juga teman saya yang hanya mengenakan rok mini seragamnya di lingkungan kantor dan berganti dengan celana panjang ketika berangkat dari rumah dan jam kantor usai. Banyak juga yang langsung menambah legging hitam ketika jam wajib berrok mini lewat.

Sooooo mau pakai rok mini? Silahkan … enggak ada yang ngelarang kokkkkk … Tapi hati-hati yaaaaaa....