Sabtu, 19 Oktober 2013

METAMORFOSA ?

Manusia berubah. Manusia berproses. Sadar ga? Pasti sadar dong...... Ya, kita semua berubah. Seproses demi seproses. Saya jadi ingat pelajaran Biologi dulu, metamorfosa kupu-kupu. Proses bagaimana ulat yang stigmanya buruk rupa berproses menjadi kepompong lalu ‘bertapa’ demi membentuk sayap dan organ lain. Lalu yang keluar dari kepompong tak lagi si buruk rupa melainkan si kupu-kupu cantik dengan sayap halus aneka rupa. Metamorfosa. Dari buruk menjadi cantik. Berarti dari negatif ke positif.

Bagaimana dengan kita manusia? Saya kok yakin ‘metamorfosa’ manusia tak selamanya melulu dari negatif ke positif. Kalau itu masih boleh disebut ‘metamorfosa’, maka terhadap manusia arahnya saya yakin lebih dari dua. Dan tak cuma sekali, alias terus menerus terjadi. Saya melihat diri sendiri. Saya sampai saat ini saya telah berproses dari mani dan ovum menjadi zigot, embrio, bayi, balita, anak-anak, remaja, dan dewasa. Selanjutnya mungkin bakal tua lalu mati, dan menjadi renik debu. Itu baru yang fisik, yang arahnya linier tanpa kemungkinan ulang. Menurut saya mental dan moral saya juga berproses. Seorang rekan pernah berujar, “Saya dulu kenal kamu sebagai orang yang sabar, bisa ngadepin orang pabrik tanpa marah-marah. Kok sekarang kamu bisa dengan dengan lancar jaya ngamuk ke Kepala Pabrik ya?”. Nah lho, bukankah itu bukti konkrit bahwa saya berproses dari positif ke negatif? Itu baru satu, saya yakin ada banyak lagi yang lain, baik yang berbukti konkrit maupun yang tidak. Jadi manusia sungguh berproses, tanpa kecuali.

Tempo hari seorang politisi ditangkap KPK. Hal yang cukup biasa di negeri ini sebenarnya. Yang agak membedakan khususnya bagi saya sebenarnya adalah saya; dan mungkin banyak orang yang lain; menjadi saksi bagaimana beliau ini berproses. Sungguh saya masih ingat bagaimana dia dulu awal-awalnya moncer. Seorang akademisi lulusan luar negeri yang tampak cerdas, perpenampilan cakep dengan senyum yang sanggup membuat ibu saya mengidolakannya. Dia wara-wiri di koran dan layar televisi berbicara ini itu. Waktu itu saya sempat berpikir pasti banyak mahasiswinya yang nge-fans. Lha manis lho, pinter pula. Lalu saking piawainya beliau, pemerintah kepincut. Masuklah beliau ke jajaran petinggi. Lalu setelahnya menjadi merambah menjadi anggota parlemen sambil terus menjadi pejabat negara. Amboi betapa manis sebenarnya proses itu. Perjalanan karir yang banyak orang lain hanya bisa memimpikannya.

Tapi ternyata ada unsur-unsur yang mempengaruhi proses. Dan sungguh tak terkira hebatnya. Salah satu unsur itu adalah uang. Teman, sungguh tak terkira pengaruh si uang ini. Dia bisa jadi semacam katalisator proses. Cuma arahnya bisa macam-macam, baik positif maupun negatif. Dan kemarin proses si moncer itu terkatalis ke arah negatif. Saya tak mengenalnya secara pribadi. Juga tak termasuk yang mengidolakannya. Tapi melihat betapa moncernya dia di masa itu, betapa bagusnya, saya jadi ikut menyayangkan.

Contoh lain, seorang muda yang menurut saya juga termasuk si cerdas. Saya sudah melihatnya wara-wiri di media sejak jaman dianya mahasiswa. Waktu itu dia adalah ketua organisasi kepemudaan. Bicaranya lancar dan enak. Pas itu saya masih kisaran SMA dan sempat berpikir akan jadi apa nantinya ini mas mahasiswa setelah lulus kuliah kelak. Terus terbukti dia bisa wara-wiri di media lagi selepas kuliah dan statusnya adalah petinggi suatu institusi yang berkaitan dengan hal Pemilu. Pikir saya ini orang karirnya bagus banget ya. Apalagi kemudian dia menjadi politisi dan dekat dengan lingkungan penguasa. Di mata saya dia makin wuih apalagi ada yang sempat menerka-nerka dia bakal menjadi salah satu kandidat capres. Walau untuk yang terakhir ini saya tak sepakat, tapi tetap saja itu bukti bahwa beliaunya orang yang berprosesnya cepat dan positif pula. Sayangnya kemudian kabarnya ada katalisator bernama uang di dalam proses itu. Dan dia pun terjungkal. Sedangkan saya cukup tercengang.

So, kita semua berproses, Teman. Ada saksi atau tidak, proses itu terus berjalan. Pada satu titik kita akan menjadi menjadi apa kita. Dan semoga pada saat itu belum terlambat untuk berubah arah jika memang itu negatif. Karena sungguh kita semua adalah manusia biasa.......


Demikian ‘ceramah’ hari ini ..... halllaahhhhh, gombal!