Manusia berubah. Manusia
berproses. Sadar ga? Pasti sadar dong...... Ya, kita semua berubah. Seproses
demi seproses. Saya jadi ingat pelajaran Biologi dulu, metamorfosa kupu-kupu. Proses
bagaimana ulat yang stigmanya buruk rupa berproses menjadi kepompong lalu
‘bertapa’ demi membentuk sayap dan organ lain. Lalu yang keluar dari kepompong
tak lagi si buruk rupa melainkan si kupu-kupu cantik dengan sayap halus aneka
rupa. Metamorfosa. Dari buruk menjadi cantik. Berarti dari negatif ke positif.
Bagaimana dengan kita manusia?
Saya kok yakin ‘metamorfosa’ manusia tak selamanya melulu dari negatif ke
positif. Kalau itu masih boleh disebut ‘metamorfosa’, maka terhadap manusia
arahnya saya yakin lebih dari dua. Dan tak cuma sekali, alias terus menerus
terjadi. Saya melihat diri sendiri. Saya sampai saat ini saya telah berproses
dari mani dan ovum menjadi zigot, embrio, bayi, balita, anak-anak, remaja, dan
dewasa. Selanjutnya mungkin bakal tua lalu mati, dan menjadi renik debu. Itu
baru yang fisik, yang arahnya linier tanpa kemungkinan ulang. Menurut saya
mental dan moral saya juga berproses. Seorang rekan pernah berujar, “Saya dulu
kenal kamu sebagai orang yang sabar, bisa ngadepin orang pabrik tanpa
marah-marah. Kok sekarang kamu bisa dengan dengan lancar jaya ngamuk ke Kepala
Pabrik ya?”. Nah lho, bukankah itu bukti konkrit bahwa saya berproses dari
positif ke negatif? Itu baru satu, saya yakin ada banyak lagi yang lain, baik
yang berbukti konkrit maupun yang tidak. Jadi manusia sungguh berproses, tanpa
kecuali.
Tempo hari seorang politisi
ditangkap KPK. Hal yang cukup biasa di negeri ini sebenarnya. Yang agak
membedakan khususnya bagi saya sebenarnya adalah saya; dan mungkin banyak orang
yang lain; menjadi saksi bagaimana beliau ini berproses. Sungguh saya masih
ingat bagaimana dia dulu awal-awalnya moncer. Seorang akademisi lulusan luar
negeri yang tampak cerdas, perpenampilan cakep dengan senyum yang sanggup
membuat ibu saya mengidolakannya. Dia wara-wiri di koran dan layar televisi
berbicara ini itu. Waktu itu saya sempat berpikir pasti banyak mahasiswinya
yang nge-fans. Lha manis lho, pinter pula. Lalu saking piawainya beliau,
pemerintah kepincut. Masuklah beliau ke jajaran petinggi. Lalu setelahnya
menjadi merambah menjadi anggota parlemen sambil terus menjadi pejabat negara.
Amboi betapa manis sebenarnya proses itu. Perjalanan karir yang banyak orang
lain hanya bisa memimpikannya.
Tapi ternyata ada unsur-unsur
yang mempengaruhi proses. Dan sungguh tak terkira hebatnya. Salah satu unsur
itu adalah uang. Teman, sungguh tak terkira pengaruh si uang ini. Dia bisa jadi
semacam katalisator proses. Cuma arahnya bisa macam-macam, baik positif maupun
negatif. Dan kemarin proses si moncer itu terkatalis ke arah negatif. Saya tak
mengenalnya secara pribadi. Juga tak termasuk yang mengidolakannya. Tapi
melihat betapa moncernya dia di masa itu, betapa bagusnya, saya jadi ikut
menyayangkan.
Contoh lain, seorang muda yang
menurut saya juga termasuk si cerdas. Saya sudah melihatnya wara-wiri di media
sejak jaman dianya mahasiswa. Waktu itu dia adalah ketua organisasi kepemudaan.
Bicaranya lancar dan enak. Pas itu saya masih kisaran SMA dan sempat berpikir
akan jadi apa nantinya ini mas mahasiswa setelah lulus kuliah kelak. Terus terbukti
dia bisa wara-wiri di media lagi selepas kuliah dan statusnya adalah petinggi
suatu institusi yang berkaitan dengan hal Pemilu. Pikir saya ini orang karirnya
bagus banget ya. Apalagi kemudian dia menjadi politisi dan dekat dengan
lingkungan penguasa. Di mata saya dia makin wuih apalagi ada yang sempat
menerka-nerka dia bakal menjadi salah satu kandidat capres. Walau untuk yang
terakhir ini saya tak sepakat, tapi tetap saja itu bukti bahwa beliaunya orang
yang berprosesnya cepat dan positif pula. Sayangnya kemudian kabarnya ada
katalisator bernama uang di dalam proses itu. Dan dia pun terjungkal. Sedangkan
saya cukup tercengang.
So, kita semua berproses, Teman.
Ada saksi atau tidak, proses itu terus berjalan. Pada satu titik kita akan
menjadi menjadi apa kita. Dan semoga pada saat itu belum terlambat untuk
berubah arah jika memang itu negatif. Karena sungguh kita semua adalah manusia
biasa.......
Demikian ‘ceramah’ hari ini .....
halllaahhhhh, gombal!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar