Jumat, 12 Juli 2013

BUKU



Tempo hari saya bilang pada seorang teman betapa inginnya saya mempunyai sebuah perpustakaan pribadi. Saya ingin punya satu ruangan yang keempat dindingnya penuh dengan buku dari bawah sampai ke langit-langit. Lalu di tengah ruangan itu ada coffee table dan sofa empuk yang nyaman dengan lampu baca di dekatnya. Jadi saya bisa membaca sambil berselonjor dengan cemilan dan teh di meja. Atau saya bisa dengan tekun mengetik di laptop sembari membaca buku untuk bahan riset tulisan saya. Amboi indahnya ......

Tapi teman yang mendengar khayalan saya itu justru tersenyum dengan sudut bibir ke bawah alias mencibir. Katanya saya ketinggalan jaman kalau di masa sekarang masih memimpikan tempat semacam itu. Pasalnya; masih menurut teman saya; kemajuan teknologi telah mengubah buku cetak menjadi bentuk digital. Jadi tak perlu dicetak, tak perlu kertas, dan jadinya makin ringkas alias cuma berupa data file. Bacanya dengan gadget. Jadi bukan lagi jamannya orang membawa buku-buku tebal yang berat kemana-mana. Tinggal masukkan saja datanya di gadget dan beres, bisa dibaca dimana saja.Katanya perpustakaan di USA pun mulai merintis untuk berubah format seperti itu.
Saya tercenung, berpikir, enakkah menikmati buku dengan cara seperti itu? Teman saya menjawab ya enak saja, yang penting gadget-nya cukup canggih dan layarnya cukup besar untuk keperluan membaca. Ehmmmm ..... jujur saya tidak yakin saya bisa menikmati cara membaca seperti itu. Paling tidak untuk saat ini, saat dimana saya belum punya gadget seperti yang dimaksud teman saya. Dan terbukti saya tidak pernah tahan membaca ebook di depan komputer. Saya tidak tahan duduk di kursi kerja dengan mata ke layar monitor. Saya betah berjam-jam di depan komputer selama jam kerja. Saya juga betah berjam-jam di depan komputer untuk browsing. Tapi jika itu urusannya untuk membaca buku ehmmmmmm tidakkkk..... Saya tidak tahan!
Buku bagi saya adalah satu barang personal. Setiap bulan saya berkeliaran di toko buku dan browsing ke aneka toko buku online. Dan setiap kali punya uang lebih, buku dan makanan selalu jadi sasaran utama. Selalu saya upayakan untuk beli baru, tapi sama sekali tidak haram bagi saya untuk membeli yang bekas. Dan setiap kali menambah koleksi saya akan membubuhkan nama, tanggal pembelian, dan tanda  tangan di buku tersebut. Itu baru ritual dalam hal memiliki buku. Masih ada ritual membaca. Saya punya kebiasaan buruk dalam hal membaca, yaitu membaca beberapa buku pada satu kurun waktu. Ini saya anggap buruk karena jadinya ada saja buku yang tidak selesai karena pesonanya dikalahkan oleh yang lain. Saya juga sering membuat kusut sampul buku. Dulu juga sering menandai halaman dengan melipat kertasnya. Jadi ketika selesai akan ada beberapa lipatan di buku tersebut. Akhir-akhir ini saya mengganti kebiasaan itu dengan memakai paper clip warna-warni. 
Satu lagi kebiasaan buruk saya dalam hal membaca, yaitu saya tidak tahan membaca dengan cara yang sesuai standar kesehatan. Bagi saya membaca itu harus dengan pewe alias posisi wuenak. Jadi membacalah saya dengan tiduran, atau melungker, atau semacamnya. Ini yang selalu membuat ibu saya mengomel karena menurutnya itu merusak mata. Ehmmmmm, merusak mata ya.... mungkin iya. Buktinya dulu saya tidak memerlukan kacamata. Tapi sekarang mau tidak mau saya harus mulai tergantung pada barang kecil itu. Ah, tapi kan itu bisa juga karena faktor U alias umur, jadi bisa jadi bukan kebiasaan membaca sambil tiduran penyebabnya.... Ngeles terusssssss .... begitu komentar ibu saya ... hehhehheheehehe....
Nah nah nah .....  jujur saja saya risau kalau buku cetak diganti dengan format digital. Sebab saya bukan termasuk yang selalu up date dengan gadget. Saya baru berganti handphone dan komputer jika memang sudah rusak saja. Tak pernah saya membeli gadget sekedar karena ingin mencoba fitur atau teknologi terbaru. Lagipula kalau bentuknya file seperti itu terus dimana saya bakal membubuhkan coretan berupa penanda berupa nama, tanggal, dan tanda tangan? Bagaimana orang tahu bahwa ‘buku’ itu milik saya? Bagaimana saya menyelipkan paper clip untuk menandai halaman yang saya baca? Kalau misal saya ingin tandatangan pengarangnya, dimana dia akan membubuhkannya? Teman saya menjawab semua kebawelan saya itu dengan tatapan judes. Sebelum berlalu dia mendesis, “Ga penting banget .....!”