Beberapa tahun yang lalu seorang
teman mengajarkan merajut dengan haken atau bahasa bulenya crocheting kepada
saya. Langsung deh jatuh cintrong sayanya. Saya termasuk manusia yang mencintai
warna, plus cenderung norak dalam hal ini. Dan crocheting membuat saya bergaul
rapat dengan benang aneka warna. Pas deh! Jadilah saya asyik mengkait-kaitkan
benang warna-warni dengan haken. Kadang hasil akhirnya berupa benda yang bisa
digunaka, tapi tak jarang pula hasilnya putus di tengah jalan karena
macam-macam alasan, termasuk salah satunya tak menemukan benang dengan warna
yang sama dan juga bosan. Nah, susah kalau alasan bosan yang membuat sebuah
proyek merajut cuthel di tengah jalan. Tapi ya bagaimana lagi, wong memang pada
dasarnya hobi dan prinsipnya digunakan untuk mengalihkan fokus dari hal rutin
ke hal lain dengan maksud rekreasi alias refreshing.
Tempo hari saya membaca di salah satu harian bahwa seorang mantan aktris
Hollywood yang kini menekuni olah raga yoga juga merupakan pehobi merajut. Diajatuh
cinta pada merajut juga tak sengaja. Katanya, sesuai yang saya ingat dan semoga
masih akurat, suatu hari dia berada di satu wilayah di Amerika sana dan entah
mengapa terdorong masuk ke dalam semacam toko kecil yang tampak dari luarnya
tenang. Didorongnyalah pintu toko itu dan masuk sesuai kata hatinya. Saat
itulah dia mendapati beberapa perempuan dengan benang dan haken di tangan,
merajut dengan tenang. Mereka memberikan senyum ramah begitu melihatnya masuk. Hari
itu juga dia belajar merajut dan mencintainya. Saat itu dia sudah menjadi guru
yoga dan mempunyai sanggar sendiri. Katanya, merajut merupakan salah satu
bentuk meditasi untuknya. Karena dalam merajut ada fokus, juga latihan
kesabaran. Aih aih ..... Saya sepakat soal fokus dan latihan kesabaran. Tapi soal
meditasi, ehmmm... saya tak tahu. Mungkin
ada benarnya. Karena selama ini saya juga tak bisa merajut sambil mengoceh. Mulut
saya selalu tak aktif ketika merajut, pun jika itu bersama teman. Sementara
pikiran saya memang tak selamanya berfokus pada rajutan. Seringkali jika itu
merupakan pola berulang maka pikiran saya terbang kesana-kemari. Ya,
kesana-kemari, tapi dengan alur yang lambat. Tak grusa-grusu karena emosi. Mungkin
karena begini maka disebut sebagai latihan kesabaran. Ehmmmm tapi mungkin juga
karenanya si aktris dan guru yoga itu sekaligus menyebutnya sebagai satu bentuk
meditasi. Mungkin pada orang-orang seperti dia pikiran yang pada saya melambat
bisa berbentuk lain, berefek lebih besar. Ya ya ya, masuk akal sih.
Gara-gara si aktris sekaligus guru yoga itu memaknai merajut begitu rupa
dan dalam, saya jadi terpancing juga untuk berpikir lebih dalam mengenai
merajut. Dan saya menemukan pemaknaan saya. Satu hal dalam merajut adalah tak
ada kesalahan yang sungguh fatal dan tak bisa diperbaiki. Sepertinya ini hal
yang baru saya sadari akhir-akhir ini. Dalam merajut tak perlu takut salah. Kenapa?
Karena jika salah pun si benang dapat diurai kembali. Awal belajar merajut dulu
saya membeli satu gulung benang katun. Dan benang itulah yang saya gunakan
untuk berlatih membuat, rantai, single crochet, double crochet, dan sebagainya.
Tak langsung berhasil, berkali-kali gagal. Dan setiap kali saya tinggal
mengurai kembali benang itu. Memang efeknya si benang jadi kusut dan agak pudar
warnanya. Tapi secara keseluruhan dia baik-baik saja, dalam artian tak sampai
membuatnya sia-sia dan saya harus membuangnya. Tak terjadi seperti itu. Bahkan setelah
akhirnya saya lebih pintar merajut, benang tersebut saya buat menjadi satu tas
kecil yang sampai sekarang masih saya gunakan untuk menyimpan piranti pribadi.
Ya, dalam merajut saya percaya tak pernah ada kesalahan yang sangat fatal
dan tak bisa diperbaiki. Semua kesalahan bisa diatasi dengan mengurai kembali. Selalu
ada kesempatan kedua. Mungkin juga ketiga dan seterusnya. Saya jadi yakin
karena inilah saya suka merajut. Memang ada faktor kompensasi akan kegilaan
atas warna. Tapi kenyataan bahwa tak pernah ada salah yang mutlak dan tak dapat
diperbaiki, saya yakin adalah hal utama yang membuat saya mencintai merajut,
walaupun kesadaran ini datang begitu belakang. Mengapa hal itu penting bagi
saya? Karena itulah yang saya harapkan dari sebuah kehidupan. Saya yakin ada
banyak kesalahan sudah saya buat sekian puluh tahun hidup. Tak akan terhitung
jumlahnya, baik yang saya sadari maupun yang tidak. Tapi dari semua kesalahan
itu saya selalu berharap ada hal yang bisa saya lakukan untuk membuatnya lebih
baik dan akhirnya jadi benar. Ya, kesempatan kedua dan selanjutnya. Bahkan kalaupun
tak ada yang bisa saya lakukan untuk memperbaikinya, saya tetap berharap akan
pemaafan. Pemaafan tak bisa otomatis membuat yang salah jadi benar. Tapi pemaafan
mengurangi atau bahkan menghilangkan beban yang artinya tetap akan membuat
keadaan jadi lebih baik.
Yes, I love crocheting. Dan selalu berharap kesalahan dalam hidup selayak
benang yang dapat diurai kembali.......