Rabu lalu orang nomor satu di negeri ini mengumumkan
pergantian orang-orang dalam kabinet kerjanya, alias pergantian menteri-menteri
pembantunya. Pengumumannya pas menjelang tengah hari. Ada nama-nama yang baru,
ada yang dilukir, dan tentu juga ada yang harus keluar. Satu hal yang sangat
pasti, nama saya tak termasuk yang baru, dilukir, ataupun dikeluarkan...
hehhehe... Lha terus kenapa ini jadi menariik bagi saya? Yes, ini menarik
karena banyak hal. Berikut di bawah ini paparannya... halahh ...
Hari itu semua stasiun televisi langsung ramai
memberitakannya. Breaking news berjam-jam. Para ahli, pengamat, analis ;atau
apalah istilahnya; bidang ini itu dipanggil untuk disuruh ‘bersaksi’.
Omongannya macam-macam. Satu orang bilang tim ekonomi dalam kabinet baru market
friendly yang dibuktikan dengan IHSG naik dan kurs rupiah yang menguat.
Menyaksikannya dalam hati saya bertanya apa kabar pasar tradisional. Bagaimana cabe,
tomat, kangkung, dan ikan pindang merespon tim yang dilabeli market friendly
ini? Bakal membuat harga cabe dkk jadi menguatkah? Waduhhh, mumet deh para
pebelanja... Atau malah jadi menurunkan harga? Walahhh, ganti pedagangnya yang
cemot-cemot.... Nah lho, market friendly kok efeknya simalakama gitu ya? Ah,
mungkin pasar tradisional tak termasuk dalam market yang di-friendly kali ya?
Embuhlah.
Orang yang lain bilang bahwa ini keputusan brilian
seorang presiden dalam kaitannya dengan konstelasi politik yang berkembang saat
ini. Intinya dalam hal dukung-mendukung parpol di parlemen. Memang ada
parpol-parpol yang awalnya sok sok solid di kubu oposisi akhirnya tak tahan
untuk menyeberang juga. Lha demi apa coba? Yang pastilah bukan demi kamu ....
hahahahha....
Masih banyak ragam pendapat dari banyak ragam orang di
televisi. Membosankan. Saya malah jadi mikir hal yang lain. Betapa beda jaman
dulu dengan sekarang untuk soal yang begini. Jaman orde baru dulu bongkar
pasang menteri macam begini rasanya tak pernah saya lihat. Para menteri
rata-rata duduk tenang di kursinya sampai masa jabatan yang disepakati. Sekarang
sebaliknya. Saya rasa kursi jabatan menteri tak lagi kursi yang kokoh paten.
Mungkin lebih cocok disebut mirip dengan kursi goyang. Coba saja duduk di kursi
goyang. Pas mau duduk ya mesti hati-hati, ga bisa langsung bluk lempar pantat
ala ala duduk di sofa. Mesti dipegangi si kursi goyang itu baru bisa meletakkan
pantat dengan aman. Pas sudah duduk ya mesti hati-hati menggoyangnya ya.
Terlalu keras menggoyang juga ga bener, alias bisa bikin si duduk jadi jatuh.
Tak digoyang pun salah, lha wong namanya kursi goyang kok ga goyang? Nahhh
kalau sudah pinter bergoyang pun bisa salah karena bisa jadi terlena terus
ngantuk dan ketiduran. Jadi intinya adalah bergoyanglah dengan proporsional di
atasnya. Lalu saya jadi mikir dengan mereka yang baru masuk ke kabinet itu.
Apakah bakal menggelar syukuran atau sejenisnya karena baru dapat jabatan
prestisius? Kalau iya, mungkin sebaiknya syukuran sambil mikir itu jabatan bisa
kapan saja dicabut. Kalau sudah kadung syukuran dengan wah, lalu tahun depannya
dicabut apalagi jika alasannya karena dianggap tak bagus kinerjanya apa ga jadi
malu ampun-ampun? Terus saya juga jadi kepikiran mereka yang kehilangan kursi
goyangnya. Dulu pas diangkat sudah kadung syukuran ga ya? Kalau iya, kayak apa
syukurannya? Ga berlebihan sehingga sekarang jadi menyesal kan? Semoga..... Ah,
kenapa saya jadi repot soal syukuran yang tak cuma bukan urusan saya tapi juga
tak berkaitan dengan saya.... ?
Tapi hal yang paling menarik dari peristiwa ini justru
reaksi kalangan rakyat. Lihat bagaimana rakyat ini bereaksi di dunia maya
terhadap keputusan presidennya. Banyak yang menanggapi dengan serius. Mereka
rata-rata bernada protes. Ratusan juta penduduk negeri ini memang tak absen menilai si menteri ini dan itu kendati
tak pernah sekalipun diminta bicara di layar televisi. Rakya punya pendapat si
ini berkinerja oke kok malah dicopot, sementara si itu yang bisanya
begitu-begitu saja bisa tenang bergoyang di atas kursinya. Di dunia maya banyak
yang tak takut dengan terang-terangan
menunjuk nama sang menteri yang dinilai cuma begitu-begitu saja. Ada yang
kalimatnya langsung pedas, ada yang masih dengan ejekan lunak. Saya yang
menjadi pembaca jadi penasaran bagaimana reaksi si menteri begitu-begitu saja
itu? Bersyukur sepenuh hati karena masih bisa menduduki kursi goyangnya? Atau
tak enak hati, gamang, dan tak percaya diri? Entahlah, yang pasti ketika
pelantikan si muka baru dan si lukir, beliau tampak asyik berbaur dan mengobrol
dengan para petahan lainnya. Tapi siapa tahu ya dalam hatinya ga keruan....
Tak hanya protesan yang muncul. Meme dan guyonan langsung
membanjiri dunia maya. Dan ini yang sungguh menggembirakan hari itu, membuat saya ngakak berkali-kali. Ada
meme yang bergambar seorang laki-laki masuk dalam almari sambil berujar
“Alhamdulillah akhirnya masuk kabinet”. Ya masuk almari kabinet maksudnya. Meme
lain bergambar seorang ketua parpor bersidekap bersama seorang menteri
jagoannya dan berujar “berani ganti dia? Gua kepret ...!”. Jenaka, tapi jelas
sekali maksudnya. Di meme yang lain digambarkan keduanya tengah bercakap. Si
menteri bertanya apakah dia akan dicopot, si ketua parpol menjawab ga bakalan
karena yang kena hanya menteri laki-laki. Ketika si menteri bertanya kenapa, si
ketua parpol menjawab karena perempuan kan selalu benar. Lalu keduanya tampak
cekikikan. Meme ini termasuk favorit saya karena ekspresi wajah di foto-foto
yang digunakan sesuai dengan ujarannnya dan isinya sekaligus mengkritisi para
perempuan, istri, dan ibu yang sering
mau menang sendiri dalam kehidupan nyata. Meme lain lagi menggambarkan seorang
menteri tengah duduk lemas, menutupkan satu tangan ke sebagian wajahnya sambil
berkata “salahku opo, Wi?” Mungkin pembuat meme ini bermaksud mendukung si
menteri yang termasuk beraport biru tapi terpental juga dari kursi goyangnya.
Dan yang membuat saya ngakak adalah ekspresi wajah si menteri sayu itu sungguh
sesuai dengan ucapannya. Ada lagi meme favorit saya. Screen capture sebuah
ponsel menunjukkan ada 5 kali panggilan terlewatkan, dan si penelepon adalah
‘Presiden Jokowi’. Saking gemas karena telepon tak juga diangkat akhirnya sang
presiden mengirim SMS berisi ‘MAU JADI MENTRI ENGGAK SIH?!’. Hahahhaha.... siapa
dia orangnya yang abai terhadap telepon ketika yang lain sangat siaga akan
panggilan dari istana? Sungguh saya kepingin tahu wajahnya jika memang ada.
Tak kalah dengan meme, aneka guyonan juga ramai beredar
di grup percakapan. Setelah seorang teman memberikan daftar berisi sekian belas
nama baru dan lukir dalam kabinet, eh tahu-tahu teman yang lain mengirim daftar
yang awalnya saya pikir sama tapi ternyata tidak karena ada dua nama tambahan
di bagian terbawah. Disebutkan : 15. Ngadiono Gecol menjabat mentri urusan
janda, kalo ga kuat dibantu Mario Soerjanto, 16. H. Pristono menjabat
Menkopolhuhah, kalo menyerah disuruh nyemplung kali. Terus dibawah lagi ada
pernyataan ralat ‘eh yang nomer 15 dan 16 enggak ding’. Saya ngakak. Lha apa
coba Menkopolhuhah itu? Teman saya yang sepertinya juga terhibur dengan guyonan
itu menimpali dengan menulis, ‘Menkopolhuhah itu mentri urusan percabean biar
ga fluktuatif harganya, termasuk ngurusi cabe-cabeannya’. Guyonan lain
menceritakan seorang suami yang mengaku ditelepon presiden. Sang istri yang
girang bertanya disuruh jadi menteri apa. Suami menjawab ‘jadi Menko Disik’,
yang maksudnya Mengko disik, kalimat bahasa Jawa yang artinya nanti dulu. Guyonan
lainnya menganalisa bahwa Menteri Pendidikan dicopot dari jabatannya karena
membuat edaran agar orangtua mengantarkan anaknya di hari pertama sekolah, tapi
lupa membuat edaran lanjutan kepada orangtua untuk menjemput kembali si anak
sepulang sekolah. Bisaaa aja..... Satu guyonan berawal sok sok serius dengan
memberikan analisa alasan kenapa si ini terpental dan si itu bertahan. Awalnya
seperti masuk akal karena senada dengan berita-berita di koran sebelumnya. Tapi
di akhir datang juga saatnya: ‘kenapa Ibu Menteri A (sebut saja begitu) tak disentuh oleh
Presiden Jokowi dalam perombakan kabinet jilid dua ini? Karena bukan
muhrimnya!’ Ahahahhaha.... ngakaklah saya.
Masih banyak meme dan guyonan lain yang dengan mudah
ditemukan di dunia maya. Lucu iya, menohok juga. Saya rasa bangsa ini humoris.
Hal serius jadi guyonan. Lihat saja ketika aksi teroris menyerang satu mal di
Jakarta beberapa bulan lalu. Awalnya suasana mencekam sekali. Bahkan saya yang
tinggal ratusan kilometer dari lokasi kejadian pun ikut tegang walau hanya
memantau dari siaran televisi. Tapi tak lama kemudian muncul mereka-mereka yang
dengan logis menggalang massa untuk tak tunduk takut pada teror. Lagi-lagi
dunia maya medianya. Ajakan untuk berani melawan teror langsung disambut baik
banyak orang. Suasana positif juga langsung terasa, terlebih ketika aparat
terbukti cukup cekatan menangani keadaan sehingga pulih dengan segera. Ketakutan
hilang tapi muncul efek lain: meme dan guyonan lucu-lucuan. Tagar
KamiTidakTakut mulai ditemani dengan tagar KamiNaksir karena aparat tampil
beraksi berjibaku dengan seragam keren dan beberapa tampak berwajah ganteng.
Begitu insiden benar-benar selesai, meme dan guyonan tentang peristiwa itu
makin marak dan makin lucu. Seorang teman yang tinggal di luar negeri dan
mendengar peristiwa itu kontan menghubungi saya, bertanya bagaimana suasana di
dalam negeri. Bagaimana mungkin jawabannya bukan semua baik-baik saja? Lha wong
semua sudah cair berguyon....
Ya, bangsa ini cukup humoris. Saya berharap presiden
menyadari hal ini sehingga tak lantas berkecil hati dan dongkol lantaran bongkar pasang menteri yang proses
pengambilan keputusannya pasti memakan pikiran dan energi yang luar biasa,
begitu diumumkan ke publik malah menjadi inspirasi membuat meme dan guyonan.
Tolong dimengerti ya Pak, ketika sebagian kecil orang di negeri ini butuh kursi
goyang, pada saat yang sama ada begitu banyak orang yang lebih butuh hiburan. Syukur-syukur
Bapak mau ngakak bersama kami, hitung-hitung melepaskan ketegangan setelah
sibuk mengatur sekian banyak kursi goyang.
Foto Rocking chair dipinjam dari https://pixabay.com/en/rocking-chair-stuffed-animal-1298925/