Minggu, 01 September 2013

Miss-Miss-an

Lagi pada ramai menanggapi digelarnya kontes Miss World di Indonesia. Banyak yang pro, banyak juga yang kontra. Ya beginilah yang namanya hidup bareng berbanyak, syusyahhhhh kalau disuruh sepakat satu suara. Nah makanya karena syusyah sepakat satu suara itu makanya ada Pemilu, Pilkada, dan sejenisnya. Biar ketahuan jumlah yang milih ini berapa dan yang milih itu berapa. Alias diperlukan voting, syukur-syukur dapat suara mayoritas untuk bikin keputusan. Demokrasi? Ehmmmm embuh ….

So, kembali ke masalah Miss World. Yang pada pro beralasan bahwa ini adalah kesempatan untuk menunjukkan Indonesia kepada dunia. Mengarahkan mata dunia ke Indonesia. Agar mereka semua melihat Indonesia ada di peta dunia, punya keragaman budaya dan keindahan alam yang luar biasa. Yang pro juga bilang bahwa Indonesia adalah negara republik dan bukan negara agama, jadi ya boleh-boleh saja dong, nggak perlu bawa-bawa ajaran agama tertentu sebagai dasar untuk menolak. Lagian toh ini bukan kontes wajah dan tubuh, ada hal lain yang dinilai yaitu brain dan behavior. Lagian kontes bikininya juga sudah dihilangkan kok ……. Dan sudah disesuaikan dengan kepatutan dan kesantunan bangsa....... Ini negara bebas gituuuuuu ….
                
Yang kontra juga punya argumen sendiri. Umumnya menggunakan dasar agama, bahwa kontes-kontes yang mempertontonkan tubuh hukumnya haram. Kontes seperti itu hanya untuk keperluan syahwat laki-laki dan industri kecantikan bla bla bla yang ujung-ujungnya akan membuat perempuan terprovokasi. Memang ini bukan negara agama, tapi ini negara yang penduduknya beragama dan bersopan santun, jadi ya hormati dong…..
                
Jadi ada pro dan kontra. Saya ikut yang mana? Ehmmmm ….. jujur saya termasuk yang tak melihat manfaat jelas dari ajang miss-miss-an ini. Apapun itu, baik yang digelar di luar negeri maupun yang digelar di dalam negeri. Kalau dibilang miss A membawa misi budaya dan pariwisata misalnya, terus apa yang si Miss lakukan? Bisakah dia membuat orang Indonesia mengenal dan menghargai budayanya sendiri? Bisakah dia membuat orang Indonesia jadi lebih memilih berplesir ke Papua ketimbang ke Sentosa Island? Atau haruskah dia berkebaya dan berkonde tiap hari untuk memperlihatkan betapa Indonesia punya baju tradisional yang keren? Atau bagaimana..? Indonesia memang punya keragaman budaya dan alam yang luar biasa. Terus kalau ada ajang Miss World pengaruhnya apa? Apa para penonton dari seluruh dunia langsung jadi ngeh ada yang namanya Indonesia di peta dunia terus pada berbondong-bondong jadi wisatawan? Atau para penonton itu jadi berikrar pokoknya liburan depan mesti ke Indonesia, begitu? Atau bagaimana…?  Intinya bagi saya adalah apa sih yang para Miss itu lakukan setelah memenangi ajangnya? Sebesar apa pengaruh mereka untuk membuat sesuatu kondisi menjadi lebih baik dengan gelar Miss-nya? Atau adakah hal lain yang bisa mereka lakukan yang saya tidak mengerti …..?
                
Berarti saya termasuk yang kontra dong? Menurut saya sih malah saya belum menentukan posisi saya ada dimana karena begitu banyak pertanyaan saya mengenai ajang itu yang tak terjawab. Sungguh saya perlu dipahamkan terlebih dahulu sebelum menentukan sikap ada di barisan yang mana.
                
Satu cerita, ini riil. Seorang saudara saya memenangi kontes ala miss-miss-an ini bertahun-tahun yang lalu. Tapi versi yang tingkat kabupaten. Dia juara dua. Langsing, cantik, dan putih. Saya tanya kegiatannya apa sih. Jawabnya, ya di briefing soal pariwisata dan kebudayaan, terus belajar bagaimana membawa diri dan bersikap, dan belajar jalan ala peragawati. Lalu dia sempat kebingungan saat harus memakai baju batik setempat. Bingung karena tak pernah tahu bagaimana corak batiknya. Akhirnya setelah bertanya kesana kemari ketemu juga. Terus komentarnya, “ohhh ada ya ternyata batik begini…” Nah lho ….. Terus setelah menang saya tanya apa kegiatannya. Jawabnya disuruh jadi penerima tamu kalau ada tamu penting yang datang ke daerah. Penerima tamu? Jawabnya, “Iya, itu lho Mbak kalau misal ada presiden datang terus aku ikutan ngalungin kembang atau semacamnya… Atau ada orang penting lain macam bule mana gituuuuu yang jadi tamu daerah aku ya disuruh datang ikut menyambut …..” Nah lho (lagi) …… Penting ga sih kerjaan macam gitu…..? Saya jadi membayangkan seorang pemenang kontes miss kaliber dunia mengalungkan bunga ke leher ET yang sedang berkunjung ke bumi …. Atau ke leher alien ….. Lha dia tingkat dunia yang sejagad bumi, tamunya bumi siapa lagi kalau bukan para ET dan alien itu?
                
Satu cerita lagi ….. Ini riil juga. Saya sedang menuju ke terminal Purabaya waktu itu, mau pulang kampung. Bis kota yang saya tumpangi sumpah reot dan bau. Ternyata tepat di belakang saya ada bule laki-laki, muda, dan ganteng sedang menikmati suasana. Sepertinya backpacker. Menjadi tontonan dan bahan rerasan seisi bis kota tentu saja. Dan si bule yang tak mengerti tersenyum-senyum saja. Berkali-kali saya dengar dia berusaha berkomunikasi dengan penghuni bangku sebelahnya, tapi tak cukup berhasil. Akhirnya ketika bis mulai sepi, saya balikkan badan ke arahnya. Saya bilang terminal Purabaya masih agak jauh, saya akan tunjukkan kalau sampai nanti. Dia bilang, terima kasih sambil bertanya apakah saya juga akan ke Purabaya. Saya jawab iya. Dia bilang, “Good.” Lalu dia bercerita akan ke Bali menemui temannya yang sudah terlebih dahulu sampai di sana. Karena saat itu masih pukul 9 pagi, saya jawab bahwa sepengetahuan saya tidak ada bis langsung ke Bali pada jam seperti itu. Adanya nanti selepas Ashar. Tetap bisa berangkat tapi sepertinya dia harus berestafet dari bis ke bis sambung menyambung. Dia bilang dia mau yang langsung saja, tak apa menunggu di Purabaya agak lama. Ganti saya yang bilang, “Good”. Dia nyengir. Sesampai di Purabaya saya antar dia ke tempat pemesanan tiket ke Bali. Saya menawar harga tiket untuknya. Setelah kedua belah pihak sepakat saya pergi setelah mewanti-wanti dia untuk tidak meninggalkan barang berharga sembarangan dan jangan sampai ketinggalan karena bis berangkat jam empat sore . Dia bilang. “OK. Thank you very much.”
                
Satu cerita lagi ……. Masih cerita riil neh ….. Seorang teman chatting bilang mau berkunjung ke Surabaya. Katanya kepingin mampir setelah melewatkan dua minggu penuh di Thailand bersama keluarganya. Dia minta dicarikan hotel. Saya pilihkan satu hotel yang ada di pusat kota dengan pertimbangan dia gampang mencapainya, mau kemana-mana juga gampang, dan letakknya persis di dekat mall jadi kalau misal perlu sekedar belanja atau makan juga oke. Ternyata pilihan saya cocok dengan kebutuhan dia. Terakhir dia chat lagi ke saya beberapa bulan kemudian dan menanyakan nama hotel tersebut karena mau merekomendasikan ke temannya yang sedang ada kunjungan bisnis ke Surabaya.
                
Nah, apa pesan moral dari dua cerita terakhir saya tadi? Ehmmmm …. saya cuma mau menyampaikan bahwa semua orang bisa menjadi duta bagi negaranya sendiri ….. Coba lihat cara orang-orang Singapura yang menepi atau berhenti berjalan ketika ada wisatawan sedang berfoto. Mereka memberi ruang untuk kegiatan itu. Lihat juga bagaimana mereka dengan ramah menghampiri wisatawan yang memegang peta kota. Hal kecil tapi bermakna menurut saya. We all can do it. Jadi apa masih perlu miss-miss-an kalau memang konteksnya untuk keperluan kampanye pariwisata? Embuh …..
                
Tapi kan tujuan miss-miss-an bukan cuma untuk keperluan wisata, begitu kilah teman saya. Katanya untuk memperlihatkan kepada dunia bagaimana wajah Indonesia, agar dunia tak melihat Indonesia sebagai sarang teroris saja. Nah lho … tambah abstrak. Wajah Indonesia. Terus tugas konkritnya apa? Teman saya mengendikkan bahunya, “Ya embuh.” Lalu katanya dengan menggelar kontes itu di Indonesia, dunia jadi tahu bahwa Indonesia itu aman dan mampu mengatasi keragamannya. Ehmmmm ….. oke dehhhh …… Tapi itu kan misi dari penyelenggaraannya…. Kalau kontribusi para miss-nya apa? Teman saya mendelik jengkel, “Embuhhhh….kok nanya aku sih ….? Kan aku ga pernah jadi miss-miss gitu … Ada juga pernah miskomunikasi…”
                
Okeeee… nanya teman saya tidak ada jawabnya mending saya nanya kepada para Miss …. Apa konkritnya tugas dan pekerjaan kalian, Miss-Miss…?