Sabtu, 26 Juli 2014

BAJU BARU

Lebaran sebentar lagi tiba. Kemarin ketika lewat pertokoan terlihat jelas betapa toko yang penuh pengunjung adalah toko pakaian dan emas. Dari dulu selalu begitu. Lebaran identik dengan baju baru yang melekat di badan. Sementara perhiasan emas dimaksudkan untuk melengkapi penampilan dengan baju baru itu. Jujur saya termasuk yang sinis memandang kebiasaan soal emas itu sebagai hal pamer yang tak bermanfaat. Ah sudahlah, biar saja, toh apa urusan saya wong mereka beli juga pakai duit mereka sendiri.

               
Nahhhh kalau soal baju baru lain soal. Saya tak memandang miring hal itu kendati suka jengkel juga pada mereka yang memaksakan diri demi sehelai baju baru. Saya sendiri bukan termasuk yang mewajibkan diri pakai baju baru di hari lebaran. Dulu di masa kecil, berlebaran tanpa baju baru sungguh hal lumrah yang sering berulang. Tapi tetap saya mengingat momen ketika baju baru itu hadir. Saya ingat sekali ibu beberapa kali memesankan baju kembar untuk saya dan kakak perempuan. Salah satunya berwarna hijau yang hampir seperti hijau botol dengan motif polka dot putih. Modelnya rok terusan lebar yang panjangnya sedikit di atas lutut, berlengan pendek gembung dan ada pecah model di bagian dada. Itu salah satu baju favorit saya. Dari sekian kali event kembar dengan kakak, hanya rok hijau polkadot itu yang sampai sekarang masih saya ingat.

Lalu datang masa ketika baju baru adalah sesuatu yang tak selalu datang bersama Lebaran. Waktu itu dimulai ketika saya kisaran Sekolah Dasar. Baju Lebaran tak datang tiap tahun, lebih sering absennya. Dan kalaupun datang sering mepet sekali hadirnya. Pernah ibu baru menggiring kami ke toko pakaian di malam takbir. Tentu bukan hal yang menyenangkan karena malam tersebut toko pakaian luar biasa penuh sehingga susah untuk memilih dan juga sisa stok yang ada juga sudah terbatas. Dan keesokan harinya saya mengenakan baju baru tanpa dicuci ataupun disetrika terlebih dahulu. Terus ada lagi satu fenomena yang mengingatnya ketika dewasa membuat saya trenyuh. Fenomena mengkredit baju lebaran. Yessss .... sampai sekarang sebenarnya masih ada fenomena tersebut. Saya ingat ibu membelikan kami baju lebaran dari tetangga yang menjual baju anak-anak secara kredit, alias mengangsur. Saya ingat betul rok saya yang berwarna merah muda bergaris putih dengan gambar tokoh Disney termasuk dalam fenomena tersebut. Dan keesokan harinya ketika bersalam dengannya, si penjual yang notabene tetangga memuji saya tampak cantik dengan baju itu.... Malu sebenarnya karena waktu itu saya sudah cukup umur untuk mengerti baju yang saya kenakan belumlah lunas.

Menginjak masa remaja, baju lebaran semakin jarang datang. Malah bisa dibilang nyaris tak pernah datang. Tapi kami menganggap itu hal lumrah, hasil seringnya berlatih di masa lalu.... hehehehhe..... Malah saya mulai menganggap kebiasaan berbaju baru di hari lebaran sebagai hal kekanak-kanakan yang tak penting. Saya malah cenderung menolak ketika akhirnya ibu ada dana untuk baju baru di akhir Ramadan. Alasannya apalagi kalau bukan malas berdesak-desakan di toko pakaian lalu mengantri di kasir cuma demi sehelai baju baru. Dan ternyata kemalasan itu berlanjut sampai sekarang. Tak pernah rasanya punya keinginan kuat untuk membeli baju baru untuk lebaran, bahkan ketika dompet penuh dengan uang THR sekalipun. Saya justru cenderung menghindari toko pakaian. Kalaupun terpaksa harus mengantarkan teman ke mall untuk keperluan itupun saya tetap tak tertarik untuk ikut membeli. Malah jadi muak melihat antrian yang mengular di depan kasir. Alhasil lebaran saya tak pernah identik dengan baju baru. Seorang teman pernah bertanya apa susahnya membeli sehelai baju untuk memberi penghormatan pada sebuah lebaran? Ehmmm.... iya ya, apa susahnya coba? Toh kalau niat juga bisa dibeli di awal-awal Ramadan agar tak perlu ngantri dan desak-desakan. Tapiiii.... kok tetap saja saya tak tergerak ya....? Saya selalu saja merasa cukup puas mengenakan baju lama yang ada. Kadang datang juga omelan dari ibu. Tapi ya bagaimana lagi wong nggak kepengen?

Eh tapi tahun ini saya beli baju baru lhoooooo.... Sehelai kemeja. Belinya di online shop. Jadi tak perlu berdesakan dan mengantri. Bayarnya juga cash pakai transfer, tidak ala-ala mengangsur. Tapi setelah membayarnya saya berdoa semoga kemudahan tersebut tak membuat ketagihan pengen baju baru terus.......
               
Eid Mubarak, everyone :D
Mohon maaf lahir dan batin.