Senin, 25 Oktober 2010

Sebuah Percakapan ....

Tempo hari saya sedang jalan-jalan sendiri di sebuah mal ketika tiba-tiba kuping saya menangkap sebuah pembicaraan. Pembicaraan antara ibu dan anak sebenarnya. Sang ibu yang rasanya sekitar pertengahan tigapuluhan dan sedang menggendong balita putih bersih. Sedangkan anaknya yang berjalan di sampingnya berusia sekitar sembilan atau sepuluh tahun. Kedua eh ketiga anak beranak itu tampilannya modis, dan terlihat dari kalangan mana berasal. Ehmmm ya, mal yang saya kunjungi itu memang terkenal sebagai mal yang masuk kelas atas di Surabaya. Jadi yang datang kesitu juga mestinya dari golongan kelas tsb. Ehmmmm kecuali saya barangkali ..... hehehheehe sebab saya datang bukan dengan maksud untuk mengeluarkan uang, tapi untuk menukarkan poin kartu kredit yang terkumpul akibat pembelanjaan yang dilakukan oleh teman saya. Nahhhh jelas kan maksud dan tujuan saya ke situ? Kalau buat mengeluarkan uang di situ sih ehmmmmmm rasanya saya malas .... sebab di tempat lain dengan nominal yang sama bisa dapat lebih banyak barang. Ada harga, ada kualitas. Demikian teman saya selalu berujar. Iya benar sih .... cuma saya males kalau kualitas itu diidentikkan selalu dengan merk terkenal. Saya kan berniat beli barangnya, bukan merknya ..... Begitcuuuuuuuu ..... Kata teman saya,"karena niat beli barangnya, atau tak cukup kuat bayarnya?" Ehmmmmm .... pertanyaan yang susah untuk dijawab .... ahahahahahaha...

Okay, balik ke masalah percakapan anak beranak tadi. Si ibu berkata pada anakknya seperti ini ,"Lihat itu yang ada kertas merah-merahnya! Kan ada tulisan 50%. Berarti itu Mama hanya akan bayar setengah dari harga barang sebenarnya. Murah kan? Nah, kita cari yang seperti itu." Ehmmmm...jelas kuping saya bereaksi karena kalimat itu dan sontak otak saya memberikan perintah untuk menoleh kepada mereka. Saya lihat si gadis kecil memandang ibunya lalu mengangguk mengerti dan mulai mengikuti ibunya menghampiri kapstok-kapstok baju perempuan. Sementara saya berjalan dengan setengah tercenung karena percakapan itu.

Ehmmm.... jujur saya sendiri heran kenapa tertarik dengan percakapan itu. Mungkin karena semasa kecil dulu tak pernah mempunyai percakapan semacam itu dengan ibu saya. Berapa banyak ibu-ibu yang mengajari anaknya seperti itu? Entahlah .... Perlukah seorang anak diajari seperti itu? Entahlah .... Saya tak sedang berbicara soal benar atau salah mengenai hal ini yang saya tak tahu. Cuma bagi saya rasanya percakapan seperti itu kontekstual. Sebab di kota seperti Surabaya, rasanya mal merupakan tempat rekreasi dengan rating tinggi. Saya yakin semua umur bisa ditemukan dalam sebuah mal. Coba lihat saja mulai dari bayi yang masih dalam kandungan, atau yang belum bisa berjalan, sampai mereka yang sudah renta, bisa ditemukan di mal. Bahkan saya pernah bertemu dengan mereka yang konon kurang sehat jiwanya di beberapa mal.

Nah kalau misal sedang rekreasi ke pantai dan seorang ayah mengajar berenang anaknya, maka kontekstual kan ketika seorang ibu yang sedang mengajak anaknya berjalan-jalan di mal mengajarkan cara berbelanja? Bukankah sebuah hal yang bijak jika seorang ibu mengajarkan cara berbelanja agar kelak si anak tidak konsumtif misalnya? Toh sebenarnya sama saja dengan ketika sedang bermain di taman seorang anak diajari naik sepeda atau main layang-layang? Iya kan? Ehmmm ..... sungguh saya jadi merindukan tanah lapang dengan pohon-pohon yang teduh, atau petak luas taman bermain, atau apalah dimana manusia bisa berkegiatan santai. Yaaaa semacam taman-taman kota yang biasanya terlihat di film-film Hollywood. Mungkin kalau banyak tempat seperti itu maka mal akan lebih lengang..... Bayangkan jika dalam sebuah kota semacam Surabaya terdapat sebuah taman seperti Central Park ... ehmmmmmm ... mimpi kali yeeeee .....

Kamis, 21 Oktober 2010

Drakula, Vampir , Whatever ....


Vampir. Drakula. Ehmmmm .... saya jujur sangat tak suka dengan makhluk ini. Mungkin tak suka bukan kata yang tepat sebenarnya. tapi kata takut juga ga kalah tidak tepatnya. Sebab walau memang takut tapi rasanya tidak takut-takut amat. Awal takutnya karena dulu waktu SD awal-awal; sekitar kelas 3; pernah nonton film Indonesia yang lakonnya soal drakula. Kalau tidak salah judulnya Untung Ada Saya. Kalau tidak salah lhooooo ..... maafkan kalau saya salah. Nah di film tersebut tokoh drakulanya sebenarnya berkostum standard yaitu kemeja putih, dasi hitam kupu-kupu (kalau tidak salah), pantalon hitam, dan jubah hitam. Cuma entah mengapa saya ngeri dengan jubah hitam yang bagian leher dalamnya berwarna merah itu. Ditambah 'pupur mbeluk' dan taring di wajah .... ehmmmmm benar-benar kala itu berhari-hari tidur saya terganggu. Sejak itu saya mencanangkan satu hal : film tentang drakula adalah film yang tidak layak tonton!

Itu tadi ketika saya masih kecil. Sekarang drakula atau vampir ini tak lagi sangat menakutkan. Walaupun tetap tidak menjadi tema film favorit saya. Sekarang saya bisa menonton sang drakula dengan 'santai'. Eh tapi tidak juga, karena setiap menonton Bram Stroker's Dracula saya selalu siap dengan bantal di tangan dan harus dalam ruangan yang terang benderang. Sejauh ini rasanya cuma Bram stroker's Dracula yang masih agak menakutkan. Dan film ini pula satu-satunya film drakula yang saya cintai. Suasana gelap dan berkabut yang terus-menerus hampir di sepanjang film memang menakutkan saya. Tapi sungguh film itu indah sekali. Artistik. Jika diberikan pilihan Titanic atau film ini, maka saya tak akan berpikir panjang untuk memilih yang kedua.

Sejauh ini sepanjang ingatan saya cuma Bram Stroker's Darcula yang mampu menakuti saya. Tapi jika dibandingkan film Indonesia yang tonton di masa kecil itu, Bram Stroker's Fracula tak cukup menakutkan. Karena tidak memberikan efek 'tinggal' di benak saya. Kenapa? Ehmmm .... mungkin karena saya menonton keduanya di masa yang berbeda. Yang satu pas saya masih imut-imut, sedangkan yang satunya lagi pas saya sudah jadi 'amit-amit' ... hehehehehe .... Atau berarti orang kita lebih pintar daripada bule dalam hal menakut-nakuti? Atau saya tidak lagi merasa takut karena memang menolak dan tak pernah menonton film horor? Hhehhehehee .... sepertinya alasan ini yang sungguh tepat. Karena saya memang tak pernah mau menonton film horor. Wong bayar kok ditakut-takuti, dikaget-kagetin, ya maleslah ..... Itu prinsip saya ..... Paling banter film semacam Interview With The Vampire yang saya masih bersedia bayar. Yang lainnya ... ehmmmm no way!

Nahhhh akhir-akhir ini rasanya tema drakula alias vampir kembali jadi tren lagi. Buku dan film yang mengusung makhluk ini jadi booming sekali. Jujur saya heran karena ternyata sambutannya luar biasa juga. Mungkin cuma saya yang tidak terprovokasi ... Ya bagaimana lagi wong namanya juga enggak ngefans. Walau tidak membeli bukunya tapi saya ikut nonton filmnya kok..... Tapi yang gratisan alias hasil unduhan teman saya. Nahhhhh ceritanya nih teman saya mengunduh True Blood entah berapa episode. Saya langsung ikut menonton. Setelah beberapa menit keluarlah nada protes dari mulut saya, "Kok filmnya gelap-gelapan terus sih? Kalau tidak adegan malam hari, ya di ruang gelap.... ". Mata teman saya membola. Lalu dia jelaskan bahwa itu adalah film tentang manusia dan vampir yang hidup sebumi, sekota..... Halahhh pantas gelap semua ..... Dan saya tidak tahan lama-lama menontonnya. Bukan karena takut, cuma tidak cukup menarik saja bagi saya. Tak peduli apakah itu benar film populer di belahan bumi bule sana, yang pasti saya lebih memilih melakukan hal lain daripada menontonnya.

Kalau True Blood saya lihat satu episode dan tak lengkap, film hasil rekaan cerita Stephenie Meyer mungkin lebih beruntung. Karena saya menonton dua sekuelnya secara lengkap..... walau masih dari hasil unduhan alias tetap enggan membayar bioskop ...hiihihih ..... Dan tidak menakutkan. Malah membuat saya meringis tertawa. Kenapa? Ehmmm karena si Edward Cullen yang dari sononya pasti sudah putih nian itu terus diputihkan lagi wajahnya dengan riasan. Dan kalau begitu banyak kaum hawa histeris melihatnya, ehhh saya malah merasa geli melihat bule putih berbedak .... Sumpah, bule putih bedakan itulah kesan yang tertinggal di benak saya. Dan hampir selalu begitu. Dulu waktu menonton Interview With The Vampire, saya juga sempat tertawa karena disitu Tom Cruise dan Brad Pitt terlihat seperti dua orang dengan bedak berlebih di wajah masing-masing .... hehheheeh lha wong sudah putih kok masih bedakan tho mas...? hhhehehehhehhe....

Oh iya, tempo hari setelah menonton Edward Cullen, saya menulis soal bule berbedak lebih di status facebook saya .... Dan hasilnya seorang teman yang mengaku fans berat dari film itu langsung menyatakan protes ... hehehheheheh.... Ya maaflah yawww .. bukan penggemar drakula atau vampir nih ... So, nonton film yang lain saja yuk ..