Dua hari lalu saya baru mulai membaca Physics Of
The Future, How Science Will Shape Human Destiny And Our Daily Lives By The
Year 2100 karya fisikawan dunia Michio Kaku. Baru dapat beberapa halaman saja,
tapi kesannya sudah terasa. Dalam beberapa lembar yang sudah saya baca itu sang
ilmuwan memberikan wawasan bahwa kehidupan manusia ala film-film futuristik
besutan Holiwood tidak mustahil untuk menjadi satu kenyataan dalam waktu yang
relatif singkat. Dia menyebut di tahun 2100 saja akan mulai terlihat kenyataan
tersebut. Alasannya adalah karena teknologi canggih yang saat ini bagi orang
awam hanya sekedar fantasi, sebenarnya sudah ada cikal bakalnya sekarang, saat
ini. Bahkan prototipenya pun sudah ada. Ilmuwan memegang peranan penting.
Mereka yang bekerja dalam senyap dan didanai oleh badan-badan pemerintah
ataupun swasta yang tentu saja berkantung ekstra ekstra ekstra tebal. Dan pada
saatnya hasil penelitian tersebut akan dipublikasikan dan diterapkan dalam
berbagai bidang kehidupan. Sebagai contoh GPS dan internet. Awalnya Pentagon
yang disebut mendanai penelitian dan pengembangan keduanya untuk kepentingan
militer Amerika Serikat tentu saja. Dengan GPS dan internet sekedar
menyebut misil dapat ditembakkan ke
sasaran yang tepat, medan perang bisa dipetakan dengan detail dan informasinya
dapat diterima oleh tentara dengan cepat. Itu untuk sekedar menyebut fungsi
dari GPS dan internet untuk militer. Dan ketika memasuki kehidupan masyarakat
luas, GPS dan internet memberikan fungsi seperti yang kita alami sekarang,
termasuk untuk mencari alamat danbersosial media. Dan selanjutnya Michio Kaku
juga menyebutkan perkembangan teknologi akan terus terjadi. Sebut saja bagaimana
dia menguraikan sebuah komputer berkembang :
- · 1950s vacum tube computers were gigantic contraptions filling entire room with jungles of wires, coils, and steel. Only military was rich enough to fund these monstrosities.
- · 1960s transistors replaced vacum tube computers, and mainframe computers gradually entered the commercial marketplace.
- · 1970s integrated circuit boards, containing hundreds of transistors, created this minicomputer, which was the size of a large desk.
- · 1980s chips, containing tens of millions of transistors, made possible personal computer that can fit inside a briefcase.
- · 1990s internet connected hundreds of millions of computer into a single, global computer network.
- · 2000s ubiquitous computing freed the chip from the computer, so chips were dispersed into environment.
Chips. Yes, akan datang masanya ketika chips terselip di mana-mana, tidak
cuma di komputer dan handphone tapi
juga di alat rumah tangga hingga kaca mata. Bayangkan sebuah kacamata diselipi
chips dan lensanya bisa jadi layar. Berkomputer dan nonton film misalnya, tak
lagi perlu layar monitor LCD. Jadi bakal bisa deh berkomputer secara virtual seperti
Tonny Stark di Iron Man. Kerennnn.... Dannnn katanya selanjutnya retina manusia
yang bakal menjadi layar, alias tak perlu lensa kaca mata lagi. Gambar langsung
dikirim ke retina mata. Wowwww.... Itu baru satu hal. Sementara chips dan hasil
teknologo tinggi akan menyisip ke banyak kehidupan manusia, menghasilkan
alat-alat atau mesin-mesin canggih. Dan ketika masa itu datang maka mungkin
semua alat rumah tangga telah berbentuk robot yang dikendalikan oleh manusia
cukup hanya dengan mengedip saja. Hebat ya?
Nah tengah asyik
membayangkan masa itu, tahu-tahu telepon saya bergetar. SMS masuk dari seorang
teman, mengeluhkan kegagalannya men-download satu aplikasi chatting untuk handphone-nya.
Keluhan yang akhirnya merembet pada performa internet di negara ini. Kata teman
saya, kita baru mulai akan masuk ke 4G padahal Jepang sudah 5G. Jujur saya
tidak paham betul arti kalimatnya. Tapi jelas bagi saya ada kesenjangan dan
jarak yang terbentang antara angka 3 atau 4 dengan 5. Lalu kesadaran memasuki
pikiran saya. Semua yang dikatakan oleh Michio Kaku di beberapa lembar yang
sudah saya baca terasa lebih mudah dibayangkan untuk mereka yang tinggal di
negara maju seperti Jepang dan Amerika. Tapi bagaimana dengan saya yang ada di
negara berkembang ini? Bukan bermaksud pesimistis, tapi realistis saja saat ini
bangsa ini masih sekedar sebagai pengguna dari banyak hasil pengembangan
teknologi. Pengguna dan cukup telat pula. Kita bukan termasuk bangsa yang ada
di jajaran depan dan aktif dalam upaya penelitian dan pengembangan teknologi,
walaupun kenyataannya ada juga orang-orang kita yang ambil bagian di dalam sana
sebagai peneliti. Beberapa orang memang terlibat dan diakui kemumpunannya, tapi
secara kolektif besar sebagai bangsa dan negara, menurut saya kita berperan
apa-apa selain menjadi konsumen dan pasar. Itu yang membuat saya jadi berpikir,
apa yang terjadi di negara ini ketika Jepang dan Amerika telah tumbuh menjadi
seperti di film-film futuristik itu? Ketika mereka sudah dikelilingi oleh
barang-barang robotik, bagaimana dengan kita? Ketika mereka sudah berkendaraan
yang melayang-layang di udara ala-ala piring terbang mini, bagaimana dengan
kita? Ketika mereka sudah bertamasya ke luar angkasa, bagaimana dengan kita?
Embuh....
Ah ada satu hal yang membuat cerah pikiran saya.
Saat ini saya sedang menekuni profesi sebagai pedagang online. Nah, saya bayangkan betapa keren saya ketika masa itu datang
dan saya melakukan kegiatan dagang saya cukup dengan mengedip-ngedip karena
layar sudah terpampang di lensa kacamata atau malah di retina saya.
Kerennnnnn.... Saya akan bergaya ala-ala si Mr. Stark pastinya. Eh tapi kalau
sekarang yang saya jual adalah baju-baju batik, terus baju macam apa yang saya
perdagangkan saat itu? Overall ketat berwarna silver? Aih aih .....