Rabu, 29 Oktober 2014

Satu Saat Nanti

Dua hari lalu saya baru mulai membaca Physics Of The Future, How Science Will Shape Human Destiny And Our Daily Lives By The Year 2100 karya fisikawan dunia Michio Kaku. Baru dapat beberapa halaman saja, tapi kesannya sudah terasa. Dalam beberapa lembar yang sudah saya baca itu sang ilmuwan memberikan wawasan bahwa kehidupan manusia ala film-film futuristik besutan Holiwood tidak mustahil untuk menjadi satu kenyataan dalam waktu yang relatif singkat. Dia menyebut di tahun 2100 saja akan mulai terlihat kenyataan tersebut. Alasannya adalah karena teknologi canggih yang saat ini bagi orang awam hanya sekedar fantasi, sebenarnya sudah ada cikal bakalnya sekarang, saat ini. Bahkan prototipenya pun sudah ada. Ilmuwan memegang peranan penting. Mereka yang bekerja dalam senyap dan didanai oleh badan-badan pemerintah ataupun swasta yang tentu saja berkantung ekstra ekstra ekstra tebal. Dan pada saatnya hasil penelitian tersebut akan dipublikasikan dan diterapkan dalam berbagai bidang kehidupan. Sebagai contoh GPS dan internet. Awalnya Pentagon yang disebut mendanai penelitian dan pengembangan keduanya untuk kepentingan militer Amerika Serikat tentu saja. Dengan GPS dan internet sekedar menyebut  misil dapat ditembakkan ke sasaran yang tepat, medan perang bisa dipetakan dengan detail dan informasinya dapat diterima oleh tentara dengan cepat. Itu untuk sekedar menyebut fungsi dari GPS dan internet untuk militer. Dan ketika memasuki kehidupan masyarakat luas, GPS dan internet memberikan fungsi seperti yang kita alami sekarang, termasuk untuk mencari alamat danbersosial media. Dan selanjutnya Michio Kaku juga menyebutkan perkembangan teknologi akan terus terjadi. Sebut saja bagaimana dia menguraikan sebuah komputer berkembang :
  • ·         1950s vacum tube computers were gigantic contraptions filling entire room with jungles of wires, coils, and steel. Only military was rich enough to fund these monstrosities.
  • ·         1960s transistors replaced vacum tube computers, and mainframe computers gradually entered the commercial marketplace.
  • ·         1970s integrated circuit boards, containing hundreds of transistors, created this minicomputer, which was the size of a large desk.
  • ·         1980s chips, containing tens of millions of transistors, made possible personal computer that can fit inside a briefcase.
  • ·         1990s internet connected hundreds of millions of computer into a single, global computer network.
  • ·         2000s ubiquitous computing freed the chip from the computer, so chips were dispersed into environment.

Chips. Yes, akan datang masanya ketika chips terselip di mana-mana, tidak cuma di komputer dan handphone tapi juga di alat rumah tangga hingga kaca mata. Bayangkan sebuah kacamata diselipi chips dan lensanya bisa jadi layar. Berkomputer dan nonton film misalnya, tak lagi perlu layar monitor LCD. Jadi bakal bisa deh berkomputer secara virtual seperti Tonny Stark di Iron Man. Kerennnn.... Dannnn katanya selanjutnya retina manusia yang bakal menjadi layar, alias tak perlu lensa kaca mata lagi. Gambar langsung dikirim ke retina mata. Wowwww.... Itu baru satu hal. Sementara chips dan hasil teknologo tinggi akan menyisip ke banyak kehidupan manusia, menghasilkan alat-alat atau mesin-mesin canggih. Dan ketika masa itu datang maka mungkin semua alat rumah tangga telah berbentuk robot yang dikendalikan oleh manusia cukup hanya dengan mengedip saja. Hebat ya?

                Nah tengah asyik membayangkan masa itu, tahu-tahu telepon saya bergetar. SMS masuk dari seorang teman, mengeluhkan kegagalannya men-download satu aplikasi chatting untuk handphone-nya. Keluhan yang akhirnya merembet pada performa internet di negara ini. Kata teman saya, kita baru mulai akan masuk ke 4G padahal Jepang sudah 5G. Jujur saya tidak paham betul arti kalimatnya. Tapi jelas bagi saya ada kesenjangan dan jarak yang terbentang antara angka 3 atau 4 dengan 5. Lalu kesadaran memasuki pikiran saya. Semua yang dikatakan oleh Michio Kaku di beberapa lembar yang sudah saya baca terasa lebih mudah dibayangkan untuk mereka yang tinggal di negara maju seperti Jepang dan Amerika. Tapi bagaimana dengan saya yang ada di negara berkembang ini? Bukan bermaksud pesimistis, tapi realistis saja saat ini bangsa ini masih sekedar sebagai pengguna dari banyak hasil pengembangan teknologi. Pengguna dan cukup telat pula. Kita bukan termasuk bangsa yang ada di jajaran depan dan aktif dalam upaya penelitian dan pengembangan teknologi, walaupun kenyataannya ada juga orang-orang kita yang ambil bagian di dalam sana sebagai peneliti. Beberapa orang memang terlibat dan diakui kemumpunannya, tapi secara kolektif besar sebagai bangsa dan negara, menurut saya kita berperan apa-apa selain menjadi konsumen dan pasar. Itu yang membuat saya jadi berpikir, apa yang terjadi di negara ini ketika Jepang dan Amerika telah tumbuh menjadi seperti di film-film futuristik itu? Ketika mereka sudah dikelilingi oleh barang-barang robotik, bagaimana dengan kita? Ketika mereka sudah berkendaraan yang melayang-layang di udara ala-ala piring terbang mini, bagaimana dengan kita? Ketika mereka sudah bertamasya ke luar angkasa, bagaimana dengan kita? Embuh....

Ah ada satu hal yang membuat cerah pikiran saya. Saat ini saya sedang menekuni profesi sebagai pedagang online. Nah, saya bayangkan betapa keren saya ketika masa itu datang dan saya melakukan kegiatan dagang saya cukup dengan mengedip-ngedip karena layar sudah terpampang di lensa kacamata atau malah di retina saya. Kerennnnnn.... Saya akan bergaya ala-ala si Mr. Stark pastinya. Eh tapi kalau sekarang yang saya jual adalah baju-baju batik, terus baju macam apa yang saya perdagangkan saat itu? Overall ketat berwarna silver? Aih aih .....