Rabu, 26 Januari 2011

Pekerjaan Rumah

Seorang teman sempat menjadi bahan olok-olok di kantor karena sebelum berangkat kerja dia harus mencuci baju terlebih dahulu. Baju siapa saja? Ya semua orang seisi rumah, jawabnya enteng. Seisi rumah berarti baju kotor kedua anaknya dan istrinya. Tak ada pembantu rumah tangga untuk mengerjakan hal itu, tanya saya. Jawabnya masih enteng, tidak ada. Alhasil seisi yang lain langsung menggoda dengan menyebutnya anggota ISTI alias Ikatan Suami Takut Istri. Dan yang mengatakan hal ini tidak cuma yang laki-laki, tapi juga yang berjenis kelamin perempuan; kecuali saya. Yang digoda cuma senyum-senyum saja. Saya jadi membayangkan seperti apa istrinya. Apakah tipikal pengomel? Atau tipikal penjajah? Pikiran saya terputus ketika satu jawaban keluar dari mulut teman yang digoda tersebut. Katanya, “Saya kan menghormati dia sebagai patner dalam hidup. Dia sudah membantu saya mencari nafkah untuk keluarga. Jadi menurut saya wajar-wajar saja saya membantunya mencuci baju atau pekerjaan rumah yang lainnya.” Apakah dengan jawaban tersebut lalu godaan menjadi selesai? Ohhhhh jangan salah, godaan masih berlanjut terus dan predikat anggota ISTI tetap disematkan kepadanya. Sedangkan reaksi teman saya itu juga tetap tenang-tenang, menghadapi ejekan yang kadang cenderung bernada cemooh dengan sangat santai dan humoris. Sedangkan saya? Ehmmmm ... saya langsung beringsut kembali ke meja saya dengan kepala berisi sesuatu.

Jujur saja, kalimat jawaban tadi baru pertama saya dengar keluar dari mulut seorang suami. Saya heran. Saya salut. Berapa banyak suami yang berpikiran seperti dia? Ehmmmmm .... apakah dia melakukannya karena penghasilan istrinya lebih besar daripada yang didapatnya? Ini yang saya tidak tahu dan tak berani untuk mencari tahu. Ahhhh ... saya jadi ingat, seorang teman laki-laki mengaku penghasilan istrinya lebih besar darinya. Dan saking penasaran saya korek-koreklah dirinya. Hasilnya, dia tidak mencuci baju, tidak bisa memasak, dan juga tidak membersihkan rumahnya. Pekerjaan rumah yang dilakukannya adalah ngemong anak dalam artian menjaga saja, tidak termasuk mengganti popok, menceboki, menyuapi, dan sejenisnya. Nah, apakah berarti masalah besar kecilnya penghasilan tidak berpengaruh?

Mungkin memang tidak berpengaruh. Sebab saya melihat bukti yang lain. Seorang teman kos pernah membuat saya takjub karena staminanya yang tinggi. Dia berangkat kerja sekitar pukul 06.30. Dan seringkali baru pulang sekitar pukul 20.30 atau malah lebih. Katanya produksi sedang peak season jadi lembur terus. Dan jangan salah, setelah sampai di rumah dia tak berleha-leha. Setelah makan malam dia langsung bekerja membuat jajanan untuk dititipkan di kantin pabrik esok hari. Dan jangan dikira pekerjaan membuat jajanan ini sederhana, karena saya lihat prosesnya cukup memakan waktu dan tenaga. Dia harus terlebih dahulu merebus bahannya, lalu memotong sesuai ukuran, lalu menggoreng, dan terakhir mengemasnya dalam plastik kecil-kecil sehingga jajanan itu bisa dijual dengan harga seribu perak perbungkus. Dan melihat caranya menutup plastik bungkus dengan membakar mulut plastik dengan lilin, saya langsung merasa pegal yang luar biasa. Dia mengerjakan semua itu hingga jauh malam. Kadang ketika terbangun dini hari saya melihat kamarnya setengah terbuka dan dia tidur bersender di tembok dengan lilin menyala di depannya. Iseng saya tanyakan berapa jam dia tidur dalam sehari. Jawabnya paling lama tiga jam. Dan dia masih bisa berdiri tegak. Saat itu saya langsung membenci suaminya. Karena saya lihat laki-laki itu hampir selalu pulang jauh lebih cepat dan saking cepatnya sering bisa tidur siang. Kalau memang sang suami luang waktunya kenapa pekerjaan membuat jajan tidak dialihkan pada sang suami saja? Toh materialnya sudah tersedia di kulkas sejak siang hari. Kalau memang pekerjaan bisa dibagi kenapa tidak dibagi? Takut rasa jajanannya berbeda? Ahhhh yang begitu mah bisa diatasi dengan takaran-takaran baku dan pembelajaran.

Ehmmmmm .... apakah dari dua kejadian yang saya sebutkan di atas berarti laki-laki cenderung enggan membantu mengerjakan pekerjaan rumah? Ehmmmmmm .... mungkin sebenarnya tidak juga. Toh di atas cuma dua kejadian saja, jadi tidak bisa dikatakan mewakili kan? Mungkin di luar sana semua pasangan di selain dua pasangan di atas semuanya bekerja sama soal pekerjaan rumah dengan indahnya .....

Jujur sebagai perempuan, kuping saya tentu akan 'semriwing' senang jika mendengar pasangan berbicara seperti teman yang saya sampaikan di paragraf pertama. Saya akan terharu ..... juga senang ..... juga bangga...... Ehmmmmmm juga bakal besar kepala dan berubah menjadi penjajah ga ya? hehheeehhehe ...... Semoga tidak ......

Selasa, 25 Januari 2011

not lost without you

I’m Not Lost Without You

see, I’m not lost without you
Just a little bit confuse,
unstable,
got hole in my head
not too deep, not too big,
but enough for making me incomplete

still it’s true I’m not lost

see, I’m still going on
even everybody says I’m getting slower
I just say this is life
real life
of me

see, I’m walking through this all
cause this is life
real life
of me

crying will be yesterday’s thing
as yesterday as smiling and laughing
it’s fair, right?

See, I’m not lost without you
incomplete for a while,
unstable for a while,
it’s all just human side of me

see, I’m going ….