Rabu, 21 Agustus 2013

Penghuni Neraka



Kemarin, pagi-pagi bapak saya sudah mengomel. Katanya, negara ini parah, seorang profesor yang kabarnya alim, pinter, dan baik tertangkap tangan oleh KPK, di rumahnya ketika sedang menerima upeti. Masih kata bapak saya, ustad pun ga bener, nyari duit mulu, sampai ga mau ceramah kalau ga dibayar sekian juta. Dan saya jadi bertopang dagu sambil mikir, halooooo kemana saja dirimu, wahai Bapakku?
Lalu malamnya kami menonton acara bincang-bincang soal mafia migas di salah satu stasiun teve. Dan kembali bapak saya berkomentar bahwa semuanya pada nguber duittttttt mulu. Saya yang ada di sampingnya cuma bisa nyengir. Ya ya ya … kalau mengikuti pembicaraan tersebut, sektor migas memang rumit … eh ruwet ding. Saking ruwetnya sampai ada mantan pejabat yang beberapa kali bilang tidak tahu untuk menjawab pertanyaan host-nya. Lha pejabat yang ada di dalamnya saja tidak tahu, terus yang tahu siapa? Dan kemudian terungkap gaji untuk para pejabat di lingkungan migas itu walaaahhhh guede gueedeeeee….  Lha kalau sudah dibayar segitu guide tapi ga ngerti juga ya apa bedanya dengan kalau saya yang ada di posisi itu? Halah, pertanyaan yang terakhir itu pertanyaan lebay dengan motif iri …..
Now soal korupsi. Katanya korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia. Dan kalau katanya Indonesia itu bangsa yang berbudaya tinggi berarti tingkat korupsi juga tinggi. Begitu kah? Tempo hari saya mengobrol dengan seorang teman yang berprofesi sebagai pendidik. Iseng saya lontarkan pertanyaan apakah korupsi itu termasuk satu mata pelajaran wajib di sekolah ya sehingga bangsa ini piawai sekali dalam hal itu? Terang saja teman saya mengganjar sebuah geblokan ke pundak saya karena kekurangajaran pertanyaan itu. Dan setelah geblokan itu, sang pendidik ini akhirnya juga mengungkapkan keresahannya. Karena apa yang dilihatnya secara praktek dalam dunia pendidikan pun tak lebih bagus dari bidang lain. Artinya dunia pendidikan juga tidak steril dari suap menyuap di sana sini. Lha berarti benar kan korupsi diajarkan di sekolah? Cuma mungkin secara tidak sadar atau tidak langsung. Iya kan? Mereka yang ada di dunia pendidikan adalah mereka yang potensial jadi panutan para generasi penerus bangsa. Dan mereka tidak steril. Lihat saja pemberitaan di koran soal carut marut Ujian Nasional. Itu masih di koran yang notabene masih mengandung banyak penyangkalan. Aslinya, praktek di lapangan lebih ruwet lagi. Cuma semua menutupinya atas nama berbagai kepentingan.
Sebenarnya apa sih yang salah dari negeri ini? Siapa orang Indonesia yang pertama kali melakukan dan menanamkan korupsi? Sungguh dia harus dicatat sebagai salah satu tokoh yang berpengaruh besar terhadap bangsa ini. Yaaaaaaa … kalau Jerman mencatat Hitler, maka mungkin Indoesia bisa mencatat orang ini. Saya rasa tak ada yang menyangkal betapa dia ‘sukses’ besar.
Apa yang salah dengan negeri ini? Seorang teman bilang bahwa mental kita buruk karena begitu lama dijajah. Pertanyaan saya adalah setelah 68 tahun merdeka tetap saja berpengaruh? Lihat saja betapa korupsi dilakukan oleh para muda yang sedetikpun pernah merasakan penjajahan. Jadi …?
Teman yang lain bilang kalau dulu kita dijajah Inggris hasilnya mungkin akan lebih baik. Ini merujuk pada kenyataan saat ini bahwa negara-negara bekas jajahan Inggris lebih ‘bener’ daripada bekas jajahan Belanda menurutnya. Ehmmmmm ….. halooooooo sudah 68 tahun lho merdekaaaaaa…. Masih mau terus menyalahkan orang lain atas kesalahan yang kita buat?
Teman yang lain lagi dengan tegas bilang, “ya elu-nya aja yang pada dasarnya mau kaya tapi males kerja. Jalan tercepat ya korupsi deh!” Nah, ini dia, pedas tapi menurut saya tak terbantahkan. Buktinya teman-teman saya juga cuma bisa nyengir.
Eh, berapa ratus juta jumlah penduduk Indonesia saat ini? Teman saya mengerutkan kening mendengar pertanyaan ini keluar dari mulut saya. Apa hubungannya? Begitu protes mereka. Ehmmmmm ….. saya cuma kuatir neraka akan penuh dengan dengan kita orang-orang Indonesia…….