Kemarin,
pagi-pagi bapak saya sudah mengomel. Katanya, negara ini parah, seorang profesor
yang kabarnya alim, pinter, dan baik tertangkap tangan oleh KPK, di rumahnya
ketika sedang menerima upeti. Masih kata bapak saya, ustad pun ga bener, nyari
duit mulu, sampai ga mau ceramah kalau ga dibayar sekian juta. Dan saya jadi
bertopang dagu sambil mikir, halooooo kemana saja dirimu, wahai Bapakku?
Lalu
malamnya kami menonton acara bincang-bincang soal mafia migas di salah satu
stasiun teve. Dan kembali bapak saya berkomentar bahwa semuanya pada nguber
duittttttt mulu. Saya yang ada di sampingnya cuma bisa nyengir. Ya ya ya …
kalau mengikuti pembicaraan tersebut, sektor migas memang rumit … eh ruwet
ding. Saking ruwetnya sampai ada mantan pejabat yang beberapa kali bilang tidak
tahu untuk menjawab pertanyaan host-nya. Lha pejabat yang ada di dalamnya saja
tidak tahu, terus yang tahu siapa? Dan kemudian terungkap gaji untuk para
pejabat di lingkungan migas itu walaaahhhh guede gueedeeeee…. Lha kalau sudah dibayar segitu guide tapi ga
ngerti juga ya apa bedanya dengan kalau saya yang ada di posisi itu? Halah,
pertanyaan yang terakhir itu pertanyaan lebay dengan motif iri …..
Now
soal korupsi. Katanya korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia. Dan kalau
katanya Indonesia itu bangsa yang berbudaya tinggi berarti tingkat korupsi juga
tinggi. Begitu kah? Tempo hari saya mengobrol dengan seorang teman yang
berprofesi sebagai pendidik. Iseng saya lontarkan pertanyaan apakah korupsi itu
termasuk satu mata pelajaran wajib di sekolah ya sehingga bangsa ini piawai
sekali dalam hal itu? Terang saja teman saya mengganjar sebuah geblokan ke
pundak saya karena kekurangajaran pertanyaan itu. Dan setelah geblokan itu,
sang pendidik ini akhirnya juga mengungkapkan keresahannya. Karena apa yang
dilihatnya secara praktek dalam dunia pendidikan pun tak lebih bagus dari
bidang lain. Artinya dunia pendidikan juga tidak steril dari suap menyuap di
sana sini. Lha berarti benar kan korupsi diajarkan di sekolah? Cuma mungkin
secara tidak sadar atau tidak langsung. Iya kan? Mereka yang ada di dunia
pendidikan adalah mereka yang potensial jadi panutan para generasi penerus
bangsa. Dan mereka tidak steril. Lihat saja pemberitaan di koran soal carut
marut Ujian Nasional. Itu masih di koran yang notabene masih mengandung banyak
penyangkalan. Aslinya, praktek di lapangan lebih ruwet lagi. Cuma semua
menutupinya atas nama berbagai kepentingan.
Sebenarnya
apa sih yang salah dari negeri ini? Siapa orang Indonesia yang pertama kali
melakukan dan menanamkan korupsi? Sungguh dia harus dicatat sebagai salah satu
tokoh yang berpengaruh besar terhadap bangsa ini. Yaaaaaaa … kalau Jerman
mencatat Hitler, maka mungkin Indoesia bisa mencatat orang ini. Saya rasa tak
ada yang menyangkal betapa dia ‘sukses’ besar.
Apa
yang salah dengan negeri ini? Seorang teman bilang bahwa mental kita buruk
karena begitu lama dijajah. Pertanyaan saya adalah setelah 68 tahun merdeka
tetap saja berpengaruh? Lihat saja betapa korupsi dilakukan oleh para muda yang
sedetikpun pernah merasakan penjajahan. Jadi …?
Teman
yang lain bilang kalau dulu kita dijajah Inggris hasilnya mungkin akan lebih
baik. Ini merujuk pada kenyataan saat ini bahwa negara-negara bekas jajahan
Inggris lebih ‘bener’ daripada bekas jajahan Belanda menurutnya. Ehmmmmm ….. halooooooo
sudah 68 tahun lho merdekaaaaaa…. Masih mau terus menyalahkan orang lain atas
kesalahan yang kita buat?
Teman
yang lain lagi dengan tegas bilang, “ya elu-nya aja yang pada dasarnya mau kaya
tapi males kerja. Jalan tercepat ya korupsi deh!” Nah, ini dia, pedas tapi menurut
saya tak terbantahkan. Buktinya teman-teman saya juga cuma bisa nyengir.
Eh,
berapa ratus juta jumlah penduduk Indonesia saat ini? Teman saya mengerutkan
kening mendengar pertanyaan ini keluar dari mulut saya. Apa hubungannya? Begitu
protes mereka. Ehmmmmm ….. saya cuma kuatir neraka akan penuh dengan dengan
kita orang-orang Indonesia…….