Minggu, 16 Maret 2008

Saya Cantik !


Sudah bercermin hari ini? Sudah merasa cantik? Saya sudah ....... Maksudnya, saya sudah bercermin dan sudah merasa cantik ...hehehhehee ... Maaf, sama sekali tidak bermaksud untuk narsis, cuma itulah yang saya rasakan terhadap diri saya. Serius ...!!! Saya yakin bahwa saya cantik, walau hidung saya tidak lurus mancung dan dagu saya tidak berbelah. Tadi di kaca saya lihat alis yang tipis membayang, mata yang agak keruh (karena saya semalam begadang menonton tayangan film di teve), jerawat di pelipis, bawah mulut dan beberapa bekasnya di pipi, serta kulit muka yang coklat. Itulah saya. Dan saya cantik!


Sekali lagi maaf, saya tidak lagi termasuk dalam golongan orang yang menunggu datangnya pengakuan jutaan orang lain terlebih dahulu sebelum merasa cantik. Dulu memang iya, tapi sekarang tidak. Saya dengan sadar meninggalkan kebiasaan itu. Saya berhenti dari kesibukan membandingkan fisik diri sendiri dengan orang lain. Saya memutuskan berhenti mengiri terhadap para selebriti. Biar saja Dian Sastro, Naomi Watts, Drew Barrimore, Nicole Kidman, Sandra Dewi, Zhang Ziyi, dan para pesohor itu memiliki anugerah mereka, karena toh Tuhan tidak jadi lupa untuk menganugerahi saya pula.


Dulu saya sering terganggu karena berat badan yang cuma satu dua kilogram lebih berat dari satu zak semen. Saya berusaha menambah bobot saya dengan minum susu, vitamin, dan makan banyak. Tapi hasilnya nihil. Saya agak kecewa. Tapi kemudian kekecewaan itu pupus ketika seorang teman memandang kagum ke arah isi piring makan saya (yang porsinya dibilang mirip porsi kuli angkut) dan berkata,”Kau makan begitu banyak dan tidak bisa gemuk? Beruntung sekali...” Jadi sebenarnya saya beruntung hanya tidak cukup jeli untuk melihatnya. Padahal tiap hari saya melihat iklan Marie Body France di koran. Berapa banyak perempuan di muka bumi ini yang resah melihat makanan karena ukuran tubuh mereka? Teman saya bahkan sempat terkena penyakit lever gara-gara diet ketat dengan hanya makan dua butir apel selama berhari-hari. Sedangkan saya, memasukkan porsi kuli angkut pun tidak membuat tubuh saya melar. Saya sungguh beruntung.....


Jadi saya terima semua 'keindahan' yang telah dianugerahkanNya pada saya dengan senang hati. Saya tak lagi mau mendiskreditkan fisik saya sendiri ataupun terprovokasi oleh standar kecantikan yang dicanangkan oleh industri kosmetika. Biar saja mereka bilang bahwa cantik itu berarti tinggi, langsing, putih, rambut panjang hitam yang lurus, dan tetek bengek lainnya. Karena toh kenyataannya cantik tak terdefinisi sesempit itu. Rasa 'cantik' hampir selalu bersifat persepsi personal. Juga tidak melulu didominasi oleh keindahan fisik, tapi selalu dibarengi dengan keindahan 'organ dalam' diri yang tidak kasat mata tapi pasti bisa dirasakan keberadaannya. Kecantikan fisik yang sempurna tapi tidak dibarengi dengan iman, budi pekerti, dan kecerdasan hanya akan mengesankan sebagai boneka Barbie yang bernafas.


Jadi, kalau memang hari ini belum berkaca, saran saya segeralah temukan cermin dan berdiri di hadapannya. Akan banyak hal tak sempurna di pantulan yang kita lihat. Tapi kumpulan hal tak sempurna itu mampu membuat suatu harmoni yang pas. Tidak percaya? Coba saja pergi ke dokter bedah plastik dan minta dia mengubah bentuk hidung di pantulan itu dan lihat hasilnya. Pasti akan ada rasa aneh melihat barang hasil modifikasi itu nangkring disana bersama dengan yang lain. Mau mencoba? Silahkan saja ..... Coba lihat gambar di sebelah. Ini merupakan hasil rekayasa teman saya dari Bandung (sorry pak, photonya saya pakai, semoga tidak keberatan) untuk memadukan Nicole Kidman dan Drew Barrymore. Hasilnya memang tetap saja cantik. Tapi di mata saya ada hal yang terasa aneh, entah apa itu. Dan tetap yang aslilah yang lebih dahsyat.


Oh iya, saya hampir lupa..... minggu lalu saya membaca satu artikel di koran nasional. Dalam artikel itu disebutkan beberapa salah kaprah di dunia kecantikan. Misalnya istilah whitening yang saat ini begitu tren. Menurut seorang pakar tak ada cukup cara untuk mengubah warna kulit seseorang, apalagi jika dijanjikan hanya memerlukan waktu beberapa hari saja. Sebab warna kulit sangat berkaitan dengan pigmen. Dan masalah pigmen ini lagi-lagi adalah masalah anugerah dariNya. Lalu juga istilah sunblock yang katanya ampuh untuk mengblokir sinar matahari. Menurut pakar tersebut yang benar adalah sunscreen, karena lagi-lagi belum ada krim yang benar-benar mampu memblokir sinar yang datangnya dari langit itu. Ahhh.... benar-benar diperlukan logika untuk mencerna provokasi ..... Saya jadi ingat provokasi yang disampaikan satu produk kecantikan yang katanya berfungsi sebagai pemutih wajah. Produk itu di akhir tayangan iklannya memberikan pertanyaan apakah ingin punya kisah cinta seindah cerita di iklan yg tersebut. Sebagai pemirsa saya tergelitik untuk bertanya balik, apakah dengan menggunakan produk mereka dijamin kisah cinta saya akan berakhir indah seperti itu? Ahhhh.... enggak segitunya kaliiiiiii ..... hehehhehe ....


Masih belum juga berani bercermin dan tersenyum untuk mengakui bahwa pantulan yang nampak sungguh cantik adanya? Ahhh .... sayang sekali.... Padahal bercermin dan merasa cantik adalah salah satu cara sederhana untuk merasa bahagia.

5 komentar:

Anonim mengatakan...

Assalamu'alaikum mbak Ina Alasta..
yeS, iaM agRee. .siApa lg yG akan Memuji dR kita selain diri ini sendiri? hehe. .
bY tHe wAy mBk, nAma sAya jG Ina loh,.tP Ina Salma. .
bOleh nEh mBk keNaL lbh jauh lG??
sLm kEnaL..Ina..
tHX
wAss. .

ina3alasta mengatakan...

Waalaikumsalam Ina Salma ...... terima kasih atas 'kesepakatannya' hehhehehehe ...salam kenal juga ...waahhh sesama ina harus kompak yaaaa .... bisa kontak saya di ina3alasta@gmail.com

Wassalamualaikum

pramono mengatakan...

good, kan memang kita disuruh banyak bersyukur

pramono mengatakan...



good, top markotob deh

ina3alasta mengatakan...

hehhheh...iya...insyaallah berusaha banyak bersyukur....
terima kasih kunjungannya ....saya nyaris tidak melihat komennya ....
:)