Selasa, 15 April 2008

Surabaya Saya ......



Seorang teman dari Turki mengirimkan foto hasil karyanya kepada saya lewat skype. Dan mungkin karena saya mengaku sebagai penikmat foto maka dia mengirimkannya banyak foto, secara bertubi-tubi, dalam format ukuran cukup besar pula. Saking bersemangat katanya ...... hehhehe iya dia semangat, disini komputer saya berkedip-kedip berusaha menerima bombardir foto itu sembari memproses perintah-perintah saya lainnya.


Foto yang bagus, kata saya. Terimakasih, sahutnya menanggapi pujian saya. Dia bilang seperti itulah adanya Turki, indah. Dia bilang akan membawa saya ke Istambul kalau saya datang mengunjunginya satu saat kelak. Kau pasti akan jatuh cinta dengan Istambulku, katanya. Ahh.....


Berikutnya, seorang patner kerja dari negeri jiran datang untuk rapat koordinasi. Setelah melewati serangkaian acara, saya bertugas mengantarnya ke bandara. Sepanjang jalan matanya tak lepas memandangi jalan-jalan Surabaya. Teman saya membuyarkan pikirannya dengan berkata bukankah Surabaya mirip dengan Johor. Dia sontak membantah. No, no ... Johor is better...., katanya. Saya tersenyum tanpa menoleh padanya dengan pikiran bahwa itu sekedar bantahan karena tidak mau kalah saja. Tapi senyum saya langsung lenyap seketika ketika dia melanjutkan kalimatnya dengan 'no .... Johor is much better than this....'. Ahhhh ...... kali ini saya langsung menoleh padanya. Saya lihat mukanya sedikit merona. Saya jadi mengerti muka merah itu karena dia malu tidak bisa menyenangkan tuan rumah yang sudah berusaha ramah padanya padahal bisa dilakukannya hanya dengan menyetujui pernyataan teman saya bahwa Surabaya mirip dengan Johor. Agaknya dia menyesal telah berkata jujur.

Istambul dan Johor milik mereka. Surabaya punya saya. Adakah kalian yang di Istambul mengalami banjir sepangkal paha seperti saya tempo hari di Surabaya? Adakah kalian yang di Johor mengalami macet di jalan menuju kantor seperti saya di Surabaya hanya karena dua trailer yang masing-masing memuat container 40 feet lewat bersama dengan sepeda motor, sepeda pancal, becak, mobil pribadi, angkot, dan gerobak pedagang? Adakah rumah berimpit-impit dan gang tikus yang menyesatkan di Istambul? Adakah bangunan komersial yang menyerobot jatah taman kota di Johor? Adakah tumpukan sampah di tengah kota Istambul karena TPS sedang diblokir oleh warga sekitar? Adakah keharusan untuk bergelantungan jika ber-angkot di Istambul? Adakah rombongan pengemis dan anak-anak jalanan di perempatan-perempatan jalan di Johor?


Teman dari Turki yang mengirimkan foto tadi , Yilmaz Yurt namanya, bilang bahwa semua tempat di belahan bumi ini sebenarnya indah, karena pada dasarnya apa yang di alam ini tak ada yang jelek. Masih menurutnya, semua tergantung bagaimana manusia di sekitarnya bersikap terhadap alam. Dia bilang begitu ketika saya menjanjikan akan mengirim foto yang bakal menjadi kontradiksi atas foto-fotonya. Just send me anything, lanjutnya. Tentu saja saya bisa send him anything. Toh dengan gampang saya bisa men-scan kartu pos tentang budaya adi luhung dan pemandangan hijau hutan kita, lalu mengirimkannya. Tapi saya tak berselera melakukannya. Karena toh mata saya tetap harus melihat realita.

Saya tak berniat mengecam tempat dimana saya tinggal dan mencari hidup. Justru saya jadi menghitung dosa yang telah saya lakukan terhadapnya. Pasti tak terhitung lagi berapa kali saya buang sampah sembarangan, padahal setiap kali banjir datang saya selalu mengomel. Tak terhitung berapa kali saya menghentikan angkot sembarangan sehingga membuat panik pemakai jalan lainnya, padahal saya selalu menyumpahi mereka yang menyeberang tanpa tengak-tengok. Tak terhitung berapa kali saya membiarkan tanaman mati, padahal selalu mengeluh kepanasan ketika kemarau terik tiba. Tak terhitung berapa lembar kertas saya buang percuma, padahal saya selalu ikut menyumpah setiap kali ada berita dalang illegal logging tertangkap ..... Ahhhh .... lihat betapa banyak dosa saya ..... Jadi benar kata Yilmaz tentang alam tadi .... Saya termasuk dalam golongan si perusak....huaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa .........


Akhirnya kemarin saya putuskan untuk mengirimkan foto berisi beberapa realitas tentang Surabaya saya. Dan balasan yang saya terima dari Yilmaz adalah “thanks for the pictures ....” Tak ada kata pujian di belakangnya ......


Tidak ada komentar: