Senin, 05 April 2010

Televisi

Televisi ..... ehmmmm makin hari saya makin heran dengan kotak kaca yang satu ini. Karena kotak ajaib yang satu ini sekarang tak lagi sekedar kotak penghibur. Rasanya makin hari makin banyak orang yang membawa masalahnya ke televisi dengan harapan mendapat solusi tentu saja. Dan yang membuat saya lebih kagum adalah bahwa masalah yang mereka bawa adalah masalah pribadi, termasuk masalah yang erat kaitannya dengan ranjang. Dan si pihak televisi dengan enteng melabeli acara tersebut dengan nama reality show.

Dulu waktu pertama kali menonton reality show yang intinya pencarian orang, saya tidak heran. Karena saya pikir logis mencari orang di televisi karena toh berjuta-juta manusia di seluruh pelosok dunia menontonnya. Jadi masuk akal sekali. Tapi kemudian pikiran saya berubah karena makin lama persoalan yang ditampilkan makin pribadi. Mencari pasangan yang menghilang dan ternyata tengah berselingkuh dengan yang lain terasa jamak ditampilkan. Dan lengkap dengan aksi baku hantam antara yang 'legal' dengan yang 'ilegal'. Itu baru satu contoh, masih banyak hal 'dahsyat' yang mereka tampilkan, seperti mereka yang melakukan pekerjaan yang agak-agak 'horor', dan ayah atau ibu yang bergaul 'akrab' dengan teman dekat anaknya.

Di channel yang lain dengan jam tayang yang lebih malam, ada reality show yang juga membuat saya heran. Acara ini menampilkan suami istri lengkap dengan masalah dan beberapa anggota keluarganya. Walau ada topeng yang menutupi sebagian muka, tetap saja kemauan mereka untuk tampil membuat saya heran. Okelah saya mengerti bahwa beban masalah jika ditanggung beramai-ramai bisa lebih ringan. Dan oke juga saya mengerti bahwa adakalanya masalah perlu bantuan tenaga profesional seperti psikolog. Tapi, tindakan menampilkan masalah pribadi di layar gelas yang ditonton oleh ribuan, mungkin jutaan manusia, tetap mengherankan saya. Banyak sekali masalah dapur pribadi diungkap disana. Mulai dari soal uang yang digunakan untuk menjamin kebulan asap dapur, perselingkuhan pasangan berikut alasannya, kurangnya 'hasrat' terhadap pasangan, hingga 'room service' pasangan. Hehheheheheeheh ...... saya tak hendak menggunakan alasan 'budaya orang timur' untuk menyatakan kerisihan akan hal ini. Ungkapan itu terlalu klise dan lebih berkonotasi hipokrit menurut saya. Tapi sungguh saya risih menontonnya. Lalu saya bertanya pada diri sendiri, jika ada dalam posisi mereka yang bermasalah akankah saya datang ke televisi dengan harapan besar seperti mereka? Seorang teman bilang saya tipikal yang introvert. Ehmmmmm ...apakah berarti mereka-mereka yang datang ke televisi itu adalah mereka-mereka yang ekstrovert? Yaaaaaa ..... may be yes, may be no ...... ini jawaban versi teman saya.

Masalah. Ehmmmm ... siapa sih di dunia ini yang tidak mempunyai masalah? Tak ada manusia yang luput dari masalah, tak peduli dia sehebat Hercules atau Xena sekalipun. Saya tak akan menyangkal hal ini, lha wong kenyataannya saya sendiripun punya dan sedang terlibat masalah kok. Cuma, apa iya dengan ditayangkan di televisi dan berjuta mata menonton maka akan jadi selesai dengan baik? Atau jika ternyata masalahnya tidak selesai terus apa pihak televisinya akan bertanggung-jawab? Ahhhh, rumit amat sih mikirnya, begitu sungut teman menanggapi protes saya. Menurutnya, kalau mau ya tonton saja, kalau tidak mau ya tinggal ganti channel ..... Ehmmmmm iya ya .... gitu aja kok repot!

Tidak ada komentar: