Senin, 17 Maret 2014

Tukang Becak Plus Plus

Pak Ji. Begitu saya biasa menyapanya. Orang lain juga memanggilnya begitu. Profesinya resminya sebenarnya penarik becak. Sepanjang ingatan saya, Pak Ji sudah menjalankan profesi itu ketika saya masuk kuliah. Dan selama itu pula tempat mangkalnya tetap, pintu masuk perumahan tempat orang tua saya tinggal. Sekarang usia saya nyaris menyentuh kepala empat. Dan Pak Ji masih di sana, tetap dengan becaknya yang besar dan terawat bersih. Jadi bisa dibayangkan berapa lama beliau berkarya. Anak-anak yang dulu diantarnya ke TK sekarang sudah jauh dewasa. Kadang saya berpikir apa yang dirasakan oleh Pak Ji melihat perubahan kami-kami pelanggannya dulu.

Masa memang berjalan cepat, membuat semua berubah. Dulu orang tua mempercayakan anak-anaknya untuk diantar-jemput oleh Pak Ji. Sekarang saya melihat fenomenanya telah berbalik. Sekarang, banyak anak-anak, yang nota bene telah dewasa, merasa aman ketika Pak Ji yang mengantar jemput orang tua mereka. Ya, saya termasuk salah satu di dalam golongan itu. Dari sekian banyak becak yang telah tahunan mangkal di tempat itu, Pak Ji selalu jadi pilihan pertama. Malah sering-sering ibu saya rela mengurungkan niat bepergian dengan becak jika bukan Pak Ji yang mengantar.

Masa juga membuat peran Pak Ji berkembang, tak hanya sekedar pengantar jemput. Ya, para orang penghuni perumahan terus menua, sementara anak-anak yang telah berkehidupan sendiri. Alhasil keberadaan Pak Ji jadi lebih berarti. Ibu saya selalu mempercayakan urusan ke dokter kepada Pak Ji. Urusan ini meliputi mendaftar, mengantar ke dokter, menebus resep, lalu mengantarkan pulang. Jika ada acara di rumah semisa pengajian, Pak Ji juga yang akan mengambilkan karpet, menyingkirkan kursi, memasang karpet, dan menjemput konsumsi. Lalu ketika usai, beliau juga yang akan membereskan karpet dan mengembalikan kursi-kursi pada tempatnya. Tempo hari satu kusen di area jemur lapuk. Bisa ditebak, Pak Ji dipanggil. Beliau melepas pintu dan kusennya. Mencari tripleks dan papan untuk jadi penutup sementara, lalu mengantarkan pintu ke tukang kusen untuk dibuatkan kusen pengganti yang sesuai. Dan ketika kusen baru datang, Pak Ji juga yang membawa tukang dan sekaligus membantu memasangnya. Terus jika akan ada tamu datang berkunjung dan halaman samping diperlukan sebagai garasi, bisa ditebak siapa yang datang untuk menyingkirkan pot-pot bunga di tempat lain untuk sementara, dan tentu nantinya orang ini juga yang akan mengembalikan ke tempat semula setelah para tamu selesai berkunjung.

Ya, Pak Ji mengerjakan banyak hal, dari yang remeh-remeh hingga yang serius. Dan nyatanya orang tua saya bukan satu-satunya yang mengandalkannya. Ada masa ketika Pak Ji harus datang setiap hari ke rumah seorang tetangga yang lumpuh karena stroke. Tiap hari Pak Ji bertugas memapah si bapak agar bisa dimandikan. Kemudian membawanya ke teras untuk berjemur beberapa saat. Lalu membawanya kembali ke dalam rumah. Itu dilakukan tiap hari si bapak wafat.

Satu lagi kejadian. Suatu ketika bapak saya sakit dan menolak untuk opname walaupun dokter merekomendasikan. Esok paginya, ketika berusaha bangun untuk sholat subuh beliau jatuh. Dan orang pertama yang ditelepon ibu saya adalah Pak Ji. Pak Ji juga yang kemudian menghubungi tetangga dan membawa bapak saya ke rumah sakit. Baru setelah semuanya beres ibu menghubungi kami anak-anaknya yang semuanya ada di luar kota, mengabarkan apa yang terjadi.

Ya, itulah Pak Ji si tukang becak plus plus. Ibu saya selalu bilang beliau tahu bagaimana memperlakukan penumpangnya, seperti merendahkan becaknya agar ibu bisa naik atau turun dengan mudah. Ibu juga bilang beliau bisa mengetahui kemauan si pemberi order tanpa perlu diterangkan detail dan penuh inisiatif. Bapak bilang cuma Pak Ji tukang becak yang pintar dan tidak gampang canggung menghadapi situasi tertentu. Bapak juga bilang Pak Ji tahu bagaimana membawa dirinya, serta bisa dipercaya.

Ya ya ya, itulah Pak Ji. Memang semua memberikan upah atas tenaga yang diberikannya. Cuma jika dipikir-pikir beliau tidaklah sekedar penjual jasa. Beliau seperti telah menjadi bagian dari banyak keluarga. Karenanya ketika beliau bercerita anak perempuannya berhasil masuk sekolah Sandi Negara, bapak dan ibu saya bersama dengan para sepuh yang lain ikut larut dalam bahagia dan syukur, seakan anak kandung merekalah yang memiliki keberhasilan itu.


Terima kasih banyak, Pak Ji...... #bungkuk badan. 

Tidak ada komentar: