Senin, 15 Agustus 2011

Kartu Lebaran

Sebentar lagi lebaran. Sudah mempersiapkan kartu lebaran untuk dikirimkan pada sanak saudara dan handai tolan yang jauh disana? Pasti banyak yang bakal menjawab pertanyaan tadi dengan “hari gini pakai kartu lebaran....?”. Heheheeh .... memang rasanya saat ini kartu lebaran tak lagi banyak digunakan. Paling tidak seingat saya sejak enam tahun terakhir tak pernah lagi mengirim atau menerima kartu lebaran. Gantinya ya apalagi kalau bukan SMS dan e-mail. Malah sering-sering pakai ucapan 'berjamaah' yaitu menumpang pada gambar atau foto bertulis selamat lebaran bla bla bla yang di-posting teman di Facebook dan di-tag ke banyak orang. Disitulah, bersama banyak orang, saya 'bermaaf-maafan'. Ahhhhh .....demikianlah era digital.....

Saya ingat sekali dulu ketika lebaran menjelang, bapak saya akan mencetak kartu lebaran untuk dikirimkan ke kerabat dan teman. Ini dilakukan karena kalau dihitung-hitung cukup banyak juga yang perlu dikirimi kartu lebaran. Jadi mencetak sendiri adalah pilihan yang selain untuk menghasilkan kartu ucapan dengan tampilan yang cukup formal, juga secara biaya lebih murah. Pada saat itu biasanya akan terjadi sedikit perdebatan pemilihan warna dan kalimat yang tertera di dalamnya, karena ini adalah kartu lebaran personal, dengan nama, alamat rumah, dan alamat kantor tertera di dalamnya. Lalu bapak saya membubuhkan tanda-tangan dan kami bergotong-royong menuliskan alamat dan menempelkan perangko di masing-masing amplop lalu membawanya ke Kantor Pos kira-kira dua minggu sebelum hari H. Dan ketika lebaran datang kami akan menerima kartu yang kurang lebih sejenis. Oh iya, dulu ibu saya seringkali mengukur seberapa 'ingat' kerabat dan teman kepada keluarga kami dengan melihat siapa saja yang mengirimkan kartu lebaran. Tentu yang memberikan tambahan ucapan yang lebih personal lagilah (seperti menanyakan keadaan keluarga kami) yang dianggap ibu paling 'ingat'. Tentu yang tidak mengirimkanlah yang paling tidak 'ingat'. Dan semakin sedikit kartu lebaran yang kami terima, maka artinya semakin sedikit pula yang 'ingat' kepada kami ...... demikian logika sederhananya ... ahhahahaha..... Oh iya, dulu ibu saya selalu memilih kartu lebaran dengan ukuran yang agak besar dengan gambar yang elegans serta kalimat sederhana yang santun untuk dikirimkan kepada seorang yang sangat dihormati. Menurut ibu saya, tidak cukup sopan mengirimkan kartu lebaran berupa kartu cetak kepada orang-orang seperti ini. Nah nah nah .... berkirim kartu lebaranpun menimbang soal adat kesopanan.

Saya sendiri mulai berkirim kartu lebaran ketika kuliah. Yang saya kirimi tentu saja teman-teman kuliah yang pada pulang kampung ke daerahnya masing-masing. Dan karena kantong saya cukup cekak, maka kartu lebaran yang murah meriahlah yang saya pilih ... hehheehehe .... asal bisa menghantarkan perhatian ke sahabat-sahabat. Nah berawal dari kantong yang cekak inilah, bersama beberapa teman, saya membuat jasa pembuatan kartu ucapan handmade. Sebenarnya awalnya tidak sengaja. Iseng-iseng saya membuat map dari karton tebal dan kertas sisa. Pada masa itu ketentuan di kampus bahwa konsep dan tugas gambar harus dikerjakan di atas kertas tebal, bukan kalkir. Konon ini untuk meminimalkan penjiplakan. Jadi setiap semester selalu saja kertas tebal warna-warni menjadi kebutuhan pokok. Karton tebal saya kombinasikan dengan kertas warna mencolok, jadinya lumayan manis. Dan melihat itu entah bagaimana tahu-tahu kami sudah mengumpulkan sisa-sisa kertas tugas lalu membuat desain kartu ucapan. Bahannya macam-macam dan karena semuanya sisa jadi tidak ada standar yang jelas. Malah kami cenderung menambahkan apapun yang tampak oleh mata sebagai elemen pemanis, seperti busa topi, ranting kering, bunga semak, karton bekas, rumput kering, dan lainnya. Pendek kata kami cuma beli lem dan tinta warna-warni saja. Lainnya barang sisa. Bahkan kalimatnya pun kami tulis dengan tulisan tangan biasa. Karena itulah oleh pembeli kartu kami dicap bergaya natural yang rustic .... ahhahahahaah.....

Itu dulu. Sekarang saya tak merasa perlu kartu lebaran lagi. Karena semua terasa sudah ada di 'genggaman' alias bisa digantikan oleh produk hasil perkembangan teknologi yang bernama handphone. Mau kirim ucapan selamat lebaran ya tinggal ketik SMS lalu kirim secara 'berjamaah' ke mereka. Jauh lebih sederhana dibandingkan keruwetan yang timbul ketika bapak saya berkirim kartu lebaran dulu. Tapi kalau dulu ketepatan sampai tergantung pada Kantor Pos, sekarang harus menggantungkan diri pada provider teleponnya. Sebab, berkirim ucapan dengan SMS sudah jadi hal yang sangat umum. Jadi bisa dibayangkan berapa juta manusia yang saling berkirim SMS pada saat yang bersamaan. Maka sering-sering macetlah si jalur karena kelebihan beban. Efeknya, si SMS kalau tidak tertunda dan bakal sampai berhari-hari setelahnya, ya hilang di 'jalan'.

Soal konten SMS, ehmmmm sangat beragam. Mulai dari yang 1000% serius hingga yang konyol-konyolan. Dari yang berbahasa asing, sampai yang berbahasa daerah. Dari yang polos tanpa gambar, hingga yang full berhias. Dari yang singkat padat jelas, hingga yang panjang bertele-tele. Mengenai konten ini saya pernah punya pengalaman agak lucu. Suatu saat saya membuat ucapan yang benar-benar saya karang sendiri dan mengirimkannya ke banyak teman. Lalu tahu-tahu saya menerima ucapan yang persis sama kalimat dan titik komanya dari teman saya. Iseng saya tanyakan, jawabannya “Iya tadi belum buat ucapan, eh sudah terima dari kamu. Bagus sih, jadi aku forward saja teman-temanku. Jadi balik ke kamu juga ya ...” Heehheheeheh .... untung ya saya tidak menarik royalti dari ucapan itu.

Oh iya, seperti yang saya bilang di awal tadi, SMS bukanlah satu-satunya pengganti kartu lebaran di era digital ini. Ada yang lebih praktis lagi, yaitu dengan memasang status ucapan selamat lebaran dan seterusnya di akun Facebook, Twitter, dan messenger. Alhasil tersebarlah ke mereka yang ada di list kita. Dan rasanya sah-sah saja, dalam artian bisa diterima dengan mahfum, tanpa berpikir kurang sopanlah, atau apalah. Malah bisa dipastikan akan ada saja yang ikut numpang di wall kita itu, dan jadilah ajang halal bihalal maya. O la la praktisnya..... Dan yang penting murah pula.

Nah, lebaran sebentar lagi. Dan seperti tahun-tahun yang lalu saya tidak menyiapkan kartu lebaran. Yang penting selama ada pulsa di handphone pasti amannnnnnnnn ....... Soal apakah benar-benar permintaan maaf itu keluar dari hati dan diterima dengan sepenuh hati pula, ehmmmmmm hanya Allah yang tahu......

Tidak ada komentar: